Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar spot antarbank Jakarta pada Selasa sore menguat tipis 13 poin menjadi 13.449 per dolar AS dari posisi penutupan sebelumnya 13.462 per dolar AS.
"Munculnya spekulasi bahwa bank sentral Amerika Serikat (the Fed) belum akan mengumumkan kenaikan suku bunganya (Fed fund rate) mendorong mata uang rupiah di dalam negeri mengalami penguatan terhadap dolar AS meski tidak terlalu signifikan," ujar Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri.
Ia menambahkan bahwa data ekonomi Indonesia termasuk inflasi yang kemungkinan diumumkan awal Agustus ini--yang diprediksi stabil--juga menjadi pendorong penguatan rupiah.
"Inflasi cenderung masih terkontrol meski ada potensi meningkat sedikit karena adanya kenaikan beberapa harga bahan pokok saat bulan puiasa dan Hari Raya Lebaran. Namun, inflasi inti diperkirakan masih terjaga di level lima persen. Inflasi inti yang masih terjaga di level lima persen itu maka kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan (BI rate) diperkirakan tidak akan berubah," katanya.
Selain itu, lanjut Reny Eka Putri, penguatan mata uang rupiah juga ditopang oleh faktor teknikal setelah dalam beberapa hari terakhir ini mengalami tekanan dari dolar AS.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan nilai tukar rupiah diperkirakan bersifat jangka pendek, hal itu disebabkan belum adanya kepastian waktu oleh the Fed untuk menaikan suku bunganya.
Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa the Fed sedianya akan merilis hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Kamis (30/7) dini hari nanti.
"Data ekonomi Amerika Serikat yang masih bervariasi, diperkirakan Fed fund rate belum akan dinaikan dalam waktu dekat ini," katanya.
Sementara berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 13.460 per dolar AS, melemah dari posisi sebelumnya 13.453 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015