Ketua PB HMI, M Arief Rosyid Hasan, setelah pertemuannya dengan Cameron, di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta, Selasa, mengatakan, pertemuan seperti ini begitu penting dan dapat memberikan efek yang amat besar dalam prospek membangun kehidupan keagamaan yang moderat dan toleran.
"Pertemuan ini perlu dilanjutkan dalam ruang dan kesempatan yang lebih luas, terutama di kalangan pemuda," katanya.
Ia menambahkan, aktifis dan intelektual muda dari kedua negara, yang selama ini telah bersentuhan langsung dalam usaha membangun masyarakat yang toleran, perlu diperkuat dan diberi kesempatan yang lebih besar untuk menyuarakan pikiran mereka.
Dengan jalan tersebut, bangsa Indonesia dan Inggris dapat memainkan peran yang lebih signifikan di tingkat kawasan dan global, untuk dunia yang lebih damai dan toleran bagi masa depan bersama kedua bangsa.
Pada kesempatan itu Cameron menyatakan kehadirannya di Jakarta salah satunya untuk berbagi pengalaman dan belajar dengan pemuda di Indonesia soal isu perlawanan terhadap ekstrimisme.
Pihaknya berencana untuk mengagendakan pertemuan lanjutan khususnya agenda yang terkait dengan penguatan kelompok masyarakat sipil.
Cameron juga sepakat bahwa Islam bukan agama yang mengajarkan ekstrimisme sekaligus ia sepakat di beberapa agama lain juga ada kelompok agama yang ekstrim dan menyimpang.
Pada pertemuan itu Cameron didampingi beberapa staf Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia dan artis Maudy Ayunda yang pernah menimba ilmu di Inggris.
Sementara lima pemuda yang diundang sebanyak lima perwakilan yakni Hasan, Irfan Amalee (Peace Generation), Widya (Sabang Merauke Inst), Diajeng Lestari (Komunigas Hijabers), dan Fajar (Maarif Inst).
Pewarta: Hanni Soepardi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015