Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak menguat sebesar 26 poin menjadi Rp13.414 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.440 per dolar AS.
"Mata uang rupiah bergerak menguat seiring dengan adanya intervensi dari Bank Indonesia (BI) di pasar valas domestik," kata Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Senin.
Menurut dia, intervensi Bank Indonesia itu mengantisipasi data ekonomi nasional yang sedianya akan dirilis pada awal Agustus nanti. Tingkat konsumsi masyarakat di dalam negeri yang relatif masih rendah menjadi salah satu alasan bagi Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar uang domestik.
"Intervensi BI itu tentu akan menggerus cadangan devisa. Namun, posisi cadangan devisa per Juni 2015 yang sebesar 108 miliar dolar AS masih dinilai cukup aman," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS mendapatkan tekanan turun menyusul tingkat penjualan rumah baru di Amerika Serikat periode Juni mengalami penurunan, itu menjadi kemunduran bagi pemulihan bagi perekonomian AS.
Di sisi lain, lanjut dia, sentimen bisnis di Jerman yang mengalami pemulihan mendorong mata uang euro mengalami penguatan. Selain itu, Yunani yang berhasil membuka kesempatan mendapatkan dana talangan juga membantu mengubah sentimen pebisnis di kawasan Eropa yang sempat menurun.
"Sentimen di Eropa mulai ada pemulihan, situasi itu cukup berdampak pada mata uang rupiah meski belum signifikan," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (27/7) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.453 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.448 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015