... akan sangat seperti di rumah kita sendiri, dalam hal medapat sinar Matahari...
Jakarta (ANTARA News) - Satelit berburu planet luar Tata Surya Bima Sakti (exoplanet) milik NASA yang paling produktif, Kepler, telah menemukan kandidat terkuat planet paling mirip Bumi dalam orbit ramah kehidupan mengitari bintang mirip Matahari.


Wahana antariksa Kepler diinspirasi dan untuk menghormati ahli astronomi, astrologi, fisika, dan matematika Jerman, Johannes Kepler (1571-1630), dengan karya fundamentalnya, Mysterium Cosmographicum. Dia sempat bekerja untuk ahli astronomi terkemuka dunia, Tycho Brahe, dan menyempurnakan teori Nicholas Copernicus.


Beberapa ciri penting Bumi yang membuat dia layak menjadi tempat manusia dan berbagai kehidupan bermukim adalah kandungan nitrogen dalam bentuk gas sebesar 79 persen, oksigen 21 persen, dan gas lain-lain, serta air dalam bentuk cair atau gas.


Dengan begitu, atmosfernya juga mampu menangkal efek merugikan pancaran sinar Matahari berlebihan dan menjadi sabuk pelindung kehidipan di Bumi. Dampak ikutannya, temperatur, kelembaban udara, dan lain-lain membuat Bumi menjadi rumah bersama berbagai kehidupan yang kita kenal selama ini.

Dikenal sebagai Kepler 452b, "dunia" itu diperkirakan agak kokoh, dengan lima kali massa Bumi, namun menerima hanya 10 persen lebih banyak panas dan cahaya dari pada Bumi dari Matahari-nya yang merupakan bintang tipe G.


Bintang itu mirip dengan Matahari namun usianya 1,5 milyar tahun, lebih muda ketimbang Matahari Bumi.

"Rasanya akan sangat seperti di rumah kita sendiri, dalam hal medapat sinar Matahari," kata Jon Jenkins, Pemimpin Analisa Data di Pusat Riset Ames NASA, di Mountain View, California.

"Ini yang terdekat, tempat lain yang mungkin bisa kita sebut rumah," kata dia.


Penemuan Kepler 452b diumumkan bersamaan dengan edisi katalog terbaru kandidat exoplanet, menambahkan 500 kemungkinan planet baru, sehingga totalnya menjadi 4175.


Wahana antariksa Kepler mendeteksi exoplanet dengan memandang 150.000 bintang secara terus menerus dan merekam kecerahannya untuk periode yang lama. Jika kecerahan dari satu bintang menurun sedikit sementara kemudian kembali lagi, hal itu bisa saja menjadi tanda adanya planet mengorbit yang melintas di depannya.

Hal lain juga bisa menyebabkan fluktuasi kecerahan, jadi semua kandidat Kepler harus dikonfirmasi baik oleh observasi bentuk lain atau analisa statistik yang lebih detil atas data Kepler.

"Konfirmasi sangatlah memakan waktu," kata Jeff Coughlin, ilmuwan riset Kepler di Institut SETI di Mountain View, California.


Hasilnya, tim Kepler mengotomasi proses konfirmasi untuk katalog paling barunya ini. Hasilnya merupakan awal untuk menunjukkan planet-planet berbatu kecil adalah yang paling umum dari semua tipe planet di katalog, jumlahnya sekitar 25 persen.

"Jumlahnya secara penafsiran bertambah," kata Coughlin. Kepler beroperasi sejak 2009 hingga 2013 saat ia tertatih-tatih oleh kegagalan dari menstabilkan roda-roda reaksi. Kepler melanjutkan melakukan observasi pada kapasitas yang dikurangi.

Dia antara tambahan baru di dalam katalog adalah planet-planet kecil, kemungkinan planet-planet berbatu yang menempati zona yang dapat didiami; berada pada jarak dari bintang yang memungkinkan air ada di permukaan.


Para pendatang baru itu membuat planet kecil yang mungkin bisa dihuni menjadi 12 planet. Apa yang membuat Kepler 452b berbeda adalah orbit bintang orbit. Empat dari 12 orbit di sekitar bintang-bintang M, yang dianggap kecil dan kurang terang dari matahari kita.


Tujuh orbit bintang K sedikit mirip matahari. Namun Kepler 452b ditemukan pertama kali di sekitar bintang G, sejenis Matahari Bumi.

"Kita telah membuat kemajuan yang luar biasa pada penemuan planet-planet dengan ukuran tepat, di orbit yang ukurannya pas dan mengelilingi bintang-bintang yang ukurannya tepat," kata Jenkins.

Kepler 452b berjarak 1.400 tahun cahaya dari Bumi. Orbitnya mengelilingi matahari setiap 385 hari dan ukurannya 1,6 kali diameter Bumi.

Pengukuran transit tidak memberi imformasi apapun soal massa, namun dinilai dari exoplanet yang serupa yang massa ya diketahui, tim Keppler memperkirakan beratnya lima kali massa Bumi, sehingga siapapun pengunjungnya akan merasakan dua kali gravitasi yang biasa kita rasakan di rumah.

Tim berkonsultasi pada ahli geologi planet tentang kondisi apa yang mungkin ada di sana, dan mereka memprediksi kemungkinan akan ada letusan gunung berapi untuk beberapa saat.


Massa yang lebih tinggi mungkin akan memberinya atmosfer yang lebih tebal dan lebih banyak tertutup awan dari pada di Bumi.

Usia bintang yang lebih tua juga berarti akan lebih panas, jadi Kepler 452b mungkin mengalami sebuah pelarian efek rumah kaca yang mirip dengan yang saat ini membakar Venus. Namun, karena ukuran dan jaraknya, sepertinya kita akan menemukan lebih dari Kepler 452b dalam waktu yang cukup.

"Ini adalah sebuah langkah maju baru yang menakjubkan," kata Didier Queloz dari Universitas Cambridge di Inggris, yang bersama dengan Michel Mayor, membuat pengamatan pertama dari exoplanet di seputar bintang normal. Dan tibalah di tahun ke-20 perayaan ulang tahun penemuan pertama.


"Ini adalah waktu yang penting. Kini kita tahu ada planet-planet di sekitar hampir semua bintang," katanya. "Jika kita terus mengerjakan ini, kita yakin masalah penemuan kehidupan di planet lain akan terselesaikan," kata Queloz.

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015