Prosesi secara khusyuk itu dimulai dari Taman Lumbini di Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur melewati jalan dekat panggung terbuka Aksobya, Lapangan Gunadharma, dan berakhir di pelataran Zona I Candi Borobudur.
Para biksu dan umat masing-masing membawa bunga sedap malam, sejumlah orang mengusung tandu, dan lainnya membawa bendera simbol keagamaan Buddha. Mereka masuk pelataran Zona I Candi Borobudur melalui "Pintu Kenari".
Di pelataran tersebut telah berdiri altar besar dengan aneka hiasan, termasuk penjor dan rangkaian bunga serta buah-buahan, dengan satu patung Sang Buddha Gautama berukuran besar. Sejumlah biksu menaiki candi hingga stupa puncak untuk melakukan pradaksina dan berdoa.
Tampak dalam prosesi tersebut, antara lain Kepala Sangha Theravada Indonesia Bante Sri Pannavaro Mahathera dan Ketua Umum Sangha Theravada Indonesia Bante Jotidhammo Mahathera, Sekjen Konferensi Agung Sangha Indonesia Suhu Badrasuci, Kepala Dhamaduta Thailand untuk Indonesia Biksu Wong Sin, Dirjen Bimmas Agama Buddha Kementerian Agama Dasikin.
Suguhan tarian "Puja" dan lagu-lagu rohani Buddha menyemarakkan puncak perayaan Asadha di pelataran Candi Borobudur yang juga warisan budaya dunia, dibangun sekitar abad ke-8 masa pemerintahan Dinasti Syailendra, di antara aliran Kali Elo dan Progo Kabupaten Magelang itu.
Hari Asadha memperingati saat pertama kali Sang Buddha memaparkan ajaran dharma kepada lima muridnya di Taman Rusa, Sarnath, dekat Benares pada 588 Sebelum Masehi. Pada perayaan Asadha 2015, umat bersama para biksu dari dalam dan luar negeri melantunkan Kitab Tipitaka sejak Sabtu (25/7) hingga Minggu.
Pembacaan doa-doa di depan altar di pelataran Candi Borobudur juga ditandai dengan penyalaan lilin secara bergiliran oleh para biksu dan pemercikan air suci kepada umat.
Ketua Umum Panitia Indonesia Tipitaka Chanting dan Asalha Mahapuja 2559/2015 Bante Dhammakaro Thera mengatakan pembacaan Tipitika di Candi Borobudur sebagai peristiwa pertama dilaksanakan umat Buddha. Selama beberapa tahun terakhir, acara keagamaan itu berlangsung di pelataran Candi Mendut, sekitar 3,5 kilometer timur Candi Borobudur.
"Semoga bisa tetap berlangsung pada tahun-tahun yang akan datang,"katanya.
Ia mengatakan perayaan Asadha yang ditandai dengan pelantunan Tipitaka sebagai wujud umat menjaga, melestarikan, dan memurnikan ajaran Sang Buddha Gautama di tengah masyarakat.
Sekretaris Jenderal Konferensi Agung Sangha Indonesia Suhu Badrasuci mengemukakan perayaan Asadha di Candi Borobudur suatu kesakralan yang mendatangkan berkah berlipat-lipat bagi umat Buddha.
"Kita patut bersuka-cita yang mendalam atas kebajikan ini. Ini niat baik untuk menjadikan tradisi berulang-ulang berupa pembacaan Tipitaka," katanya.
Dirjen Bimmas Agama Buddha Kemenag Dasikin mengapresiasi perayaan Asadha oleh umat Buddha di Candi Borobudur karena menjadi momentum yang baik untuk merenungkan sifat-sifat luhur Buddha, Dharma, dan Sangha.
"Hari ini kita berkumpul untuk mewujudkan implementasi ajaran Sang Buddha. Laksanakan kegiatan ini dengan sungguh-sungguh sehingga maknanya dapat dipahami dan menambah karma kebaikan umat," katanya.
Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015