"Fasilitas edukasi sejarah tersebut mulai proses peristiwa situs Candi Kedulan tersebut terpendam lahar erupsi Gunung Merapi hingga ke pemugarannya," kata Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta Wahyu Astuti, Jumat.
Menurut dia, saat ini konsep besar dibangunnya Pusat Studi Volcano Arkeologi tersebut sudah mulai disusun.
"Sebagai volcano arkeologi, nantinya akan diisi dokumentasi peristiwa-peristiwa yang terjadi di Candi Kedulan itu," katanya.
Ia mengatakan, peristiwa-peristiwa tersebut diantaranya seperti terpendamnya candi akibat lahar erupsi Gunung Merapi yang sampai dua kali dialami candi Hindu tersebut.
"Kemudian berbagai film animasi mengenai arkeologi untuk menarik minat pengunjung, terutama anak-anak sekolah. Serta proses bagaimana pemugarannya kembali, dari awal hingga akhir. Memugarnya, itu kan seperti puzzle. Proses penyatuan bebatuan candi yang masih berantakan," katanya.
Wahyu mengatakan, hingga saat ini proses ekskavasi Candi Kedulan masih berlangsung. Meski sudah cukup lengkap, diantaranya seperti candi utamanya, arca-arca, maupun candi perwara.
"Candi utama memang masih belum didirikan di tempat semula, dijadikan satu dengan kakinya. Namun, baru diletakkan di samping baratnya. Sudah lengkap, ada candi utamanya, candi perwara juga ada," katanya.
Ia mengatakan, proses ekskavasi ini untuk menampakkan pagar sebelah timur candi serta tiga candi perwaranya. Serta mencari artefak-artefak yang kemungkinan masih ada yang terpendam di situs yang berada enam hingga tujuh meter di bawah permukaan tanah itu.
"Dengan mulai disusunnya konsep Pusat Studi Volcano Arkeologi ini diharapkan targetnya bisa tercapai selesai pada 2019," katanya.
Pewarta: Victorianus SP
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015