... patut disayangkan keamanan negara, dalam hal ini aparat, juga intelijen...
Jakarta (ANTARA News) - Peneliti Setara Institute, Aminudin Syarif, menyayangkan kinerja aparatur negara dan intelijen yang seharusnya lebih antisipatif sehingga insiden berupa kerusuhan sosial di Tolikara, Karubaga, Papua, tidak perlu terjadi.


"Yang patut disayangkan keamanan negara, dalam hal ini aparat, juga intelijen," kata Aminudin, saat dihubungi www.antaranews.com, dari Jakarta, Minggu.

Dia menyatakan, sejak "surat edaran" tentang pembatasan beribadah dari satu denominasi gereja tertentu di sana beredar, seharusnya itu menjadi indikasi penting bagi intelijen untuk memberi langkah antisipasi dan pencegahan.


"Kami sangat menyayangkan kelalaian negara dalam menjaga hak orang untuk beribadah dan penanganan cepat, padahal instruksi komando bisa dilaksanakan langsung," jelas Aminudin.

"Intelijen juga, tidak ada pengusutan pendalaman validitas surat itu, misal memanggil dan melakukan interogasi," tambah Aminudin.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII), Ronny Mandang, sudah mengkonfirmasi, surat edaran itu tidak mewakili suara PGLII dan umat Kristen Indonesia dan diterbitkan tanpa diketahui pengurus pusat PGLII.


Dia juga mengimbau agar semua pihak mewaspadai penyebaran paham radikalisme berkedok atau memakai agama sebagai kendaraan.


Ia menambahkan, berdasarkan temuan relawan Setara Institute di Papua, kondisi lokasi kejadian aman dan tenteram.

"Dari data-data yang kami kumpulkan, dari relawan kami di sana bahwa kondisi di sana aman-aman saja, potensi atau bibit-bibit konflik tidak ada," ungkap Aminudin.

Pewarta: Monalisa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015