Dalam pernyataan juru bicara pemerintah negara itu, Sabtu, pembebasan para turis --lima di antaranya berasal dari Afrika Selatan, tiga dari Inggris, dan satu dari India-- itu penanda dari berakhirnya kasus yang sempat menghebohkan dunia internasional.
Sebelumnya pihak berwenang di wilayah Inner Mongolia menahan para wisatawan yang kebanyakan sudah berusia lanjut itu saat mereka melakukan tur 47 hari ke berbagai tempat bersejarah.
Yayasan sosial asal Afrika Selatan yang mewakili keluarga para tahanan, mengatakan, pemerintah China telah berkomunikasi soal penangkapan itu kepada pemerintah di Cape Town dan beralasan mereka telah menonton video teror, yang punya hubungan dengan kelompok terlarang.
Pemerintah China sendiri sampai saat belum secara resmi mengungkapkan tindakan kriminal apa yang telah dilakukan para tahanan, dan hanya menyatakan bahwa mereka telah bersalah karena melanggar hukum.
Sementara itu juru bicara dua wisatawan asal Inggris --Hoosain Jacobs (74 tahun) dan istrinya, Tahira (68)-- mengatakan, video tentang tokoh Mongolia dari abad ke-13itu kemungkinan besar telah menyebabkan kesalahpahaman.
"Mereka menonton film dokumenter tentang Jenghis Khan untuk lebih memahami wilayah yang mereka kunjungi. Dan film inilah yang secara salah diartikan sebagai materi propaganda," kata juru bicara itu, dalam pernyataan tertuis.
Dia menambahkan, para turis itu mengunjungi pemakaman Jenghis Khan satu hari sebelum mereka ditahan.
Hingga kini masih belum diketahui kenapa China melarang film itu. Namun pemerintah di negara itu memang sedang sangat sensitif terkait ketegangan etnis di wilayah Mongol pada beberapa tahun terakhir.
China telah menangkap sejumlah kelompok yang memperjuangkan hak-hak khusus bagi etnis Mongol, serta memenjarakan tokoh etnis tersebut dengan tuduhan separatisme pada 1996.
Selain sembilan wisatawan tua itu, 11 orang lain juga ditangkap namun sudah dilepaskan pada pekan ini.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan, kesehatan para tahanan kini masih berada dalam kondisi baik.
Sebelumnya pihak berwenang di wilayah Inner Mongolia menahan para wisatawan yang kebanyakan sudah berusia lanjut itu saat mereka melakukan tur 47 hari ke berbagai tempat bersejarah.
Yayasan sosial asal Afrika Selatan yang mewakili keluarga para tahanan, mengatakan, pemerintah China telah berkomunikasi soal penangkapan itu kepada pemerintah di Cape Town dan beralasan mereka telah menonton video teror, yang punya hubungan dengan kelompok terlarang.
Pemerintah China sendiri sampai saat belum secara resmi mengungkapkan tindakan kriminal apa yang telah dilakukan para tahanan, dan hanya menyatakan bahwa mereka telah bersalah karena melanggar hukum.
Sementara itu juru bicara dua wisatawan asal Inggris --Hoosain Jacobs (74 tahun) dan istrinya, Tahira (68)-- mengatakan, video tentang tokoh Mongolia dari abad ke-13itu kemungkinan besar telah menyebabkan kesalahpahaman.
"Mereka menonton film dokumenter tentang Jenghis Khan untuk lebih memahami wilayah yang mereka kunjungi. Dan film inilah yang secara salah diartikan sebagai materi propaganda," kata juru bicara itu, dalam pernyataan tertuis.
Dia menambahkan, para turis itu mengunjungi pemakaman Jenghis Khan satu hari sebelum mereka ditahan.
Hingga kini masih belum diketahui kenapa China melarang film itu. Namun pemerintah di negara itu memang sedang sangat sensitif terkait ketegangan etnis di wilayah Mongol pada beberapa tahun terakhir.
China telah menangkap sejumlah kelompok yang memperjuangkan hak-hak khusus bagi etnis Mongol, serta memenjarakan tokoh etnis tersebut dengan tuduhan separatisme pada 1996.
Selain sembilan wisatawan tua itu, 11 orang lain juga ditangkap namun sudah dilepaskan pada pekan ini.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan, kesehatan para tahanan kini masih berada dalam kondisi baik.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015