Jakarta (ANTARA News) - Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) menyesalkan bentrokan masyarakat yang menyebabkan korban jiwa dan rusaknya sejumlah bangunan di Karubaga, Tolikara, Papua.

"PGLII sangat menyesalkan peristiwa yang menodai kerukunan umat beragama dan kesucian hari raya Idul Fitri yang dirayakan saudara-saudari di Tolikara dan tidak membenarkan segela bentuk kekerasan yang menciderai keutuhan persaudaraan bangsa," kata Ketua Umum PGLII Ronny Mandang di Jakarta, Sabtu.

Ronny Mandang mengemukakan hal itu saat konferensi pers terkait peristiwa tersebut di Kantor Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Jakarta, Sabtu.

PGLII menyampaikan pandangan sebagai lembaga yang menaungi Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang diduga melakukan penyerangan terhadap masyarakat pada Jumat melakukan Sholat Ied di halaman Komando Rayon Militer (Koramil) 1702/JWY.

PGLII menilai kejadian tersebut tidak mencerminkan kerukunan antar umat beragama secara nasional sehingga mendesak pemerintah mengusut tuntas kasus ini.

"PGLII menyatakan keprihatinan yang mendalam kepada saudara kami umat muslim karena peristiwa tersebut, kegiatan Sholat Ied jadi terganggu," kata Ronny.

Ronny meminta pemerintah mengkaji kaitan peristiwa Tolikara dengan kemungkinan adanya kesenjangan sosial yang terjadi di tanah Papua.

"Pemerintah perlu mendalami akar masalah apakah peristiwa ini merupakan rasa frustasi dari masyarakat yang tersisih," imbuhnya.

"Kami juga ingin mengungkapkan rasa simpatik yang mendalam atas jatuhnya korban dari jemaat GIDI Tolikara, yaitu 11 orang terluka dan satu orang meninggal dunia," lanjut Ronny.

Selain itu, PGLII akan memberikan sangsi internal kepada Sinode GIDI.

"Sanksi ini internal. Kami ada pastoral penggembalaan supaya tidak mengulangi lagi," katanya.

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015