Jakarta (ANTARA News) - Staf Khusus Presiden Lenis Kogoya mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo menyesalkan dan meminta maaf atas insiden yang terjadi di Tolikara, Papua pada Jumat (17/7).
"Ini musibah dan atas nama Presiden, saya memohon maaf," kata Lenis dalam jumpa pers di Kantor Staf Khusus Presiden Gedung Sekretariat Negara Jakarta, Sabtu.
Ia sudah melaporkan insiden itu kepada Presiden melalui Sekretaris Pribadi dan kepada Seskab Andi Widjajanto pada Jumat malam.
"Saya juga minta izin untuk menggelar jumpa pers pada pagi ini," kata Lenis.
Ia menyebutkan pemerintah akan segera membangun kembali bangunan yang rusak atau terbakar termasuk rumah dan pasar.
"Tanggal 29 Juli ini saya akan ke sana, kami akan selidiki, jangan khawatir negeri ini kaya," kata Lenis yang juga Kepala Suku Papua.
Ia menyebutkan berdasar laporan dari Masyarakat Adat Papua, akibat kejadian itu satu orang meninggal dan 12 orang mengalami luka.
"Ini sudah ada pelanggaran hukum. Siapa yang melakukan tindakan kekerasan harus diproses secara hukum," katanya.
Ia menilai kejadian itu merupakan musibah karena datang tiba-tiba.
"Pengalaman sejak merdeka, di Papua tidak pernah ada konflik agama," katanya.
Ia menyebutkan berdasar kalender nasional, tanggal 17-18 Juli 2015 sudah ada agenda nasional sehingga semua pihak di daerah harusnya saling berkoordinasi dan berkomunikasi.
"Perlu ditanyakan kepada pemda, polres, gereja dan pihak lain apa pernah bicara soal agenda di kalender ini atau tidak. Jangan sampai yang disalahkan hanya masyarakat," katanya.
Ia menyebutkan tanggal 25 Desember juga ada agenda nasional sehingga orang harus menghormati dan memberi kesempatan kepada orang untuk menjalankan ibadah.
Sebelumnya pada Jumat 17/7 terjadi kerusuhan di Kabupaten Tolikara yang diduga disebabkan salah paham karena pengeras suara.
Pada saat bersamaan di daerah tersebut berlangsung dua acara yang digelar oleh dua umat agama yang berbeda. Ada acara perayaan Idul Fitri dan pertemuan pemuka masyarakat gereja.
Pewarta: Agus Salim
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015