Tak ada bedug berkulit lembu yang ditabuh, tak ada jamaah yang tumpah ruah sampai ke jalan-jalan apalagi pengamanan, hansip atau tukang parkir saja tak terlihat di sekitar masjid yang terletak persis di pinggir kanal itu.
Masjid Al Muttaqin begitu tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, tersembunyi di balik padatnya permukiman warga Tamansari yang pada hari-hari biasa bising 24 jam.
Masjid hasil wakaf Haji Gojali itu dibangun tahun 1960-an dan sudah lama tak diramaikan oleh jamaah karena kondisinya yang tak terawat dan rusak. "Jamaahnya di sini sedikit, mungkin karena kebanyakan non-muslim," kata Samsudin sang marbot masjid.
Tapi sejak dua tahun lalu masjid tersebut mulai direnovasi, namun hingga pelaksanaan shalat ied 2015 renovasi belumlah juga selesai.
Namun semangat warga Tamansari pagi itu tak surut meski harus melalui bongkahan-bongkahan material bangunan dan peralatan saat hendak mendapat tempat untuk shalat. Anak-anak tetap ceria digandeng para orang tuanya.
"Saudara-saudara, sebelumnya saya mohon maaf atas keadaan masjid ini yang kondisinya belum 100 persen. Tapi, meski belum 100 persen, mudah-mudahan kita bisa ibadah dengan maksimal. Mudah-mudahan shalat ied tahun depan kita sudah bisa ibadah dengan nyaman," kata Samsudin dengan suara bergetar. Tangisnya nyaris pecah karena haru.
Shalat Ied dipimpin oleh imam sekaligus khatib Cahyadi Kosasih. Dia menyampaikan tentang keberkahan Iedul Fitri.
"Pada Iedul Fitri ini, kita kembali putih dan suci, mudah-mudahan kesucian ini bisa terus kita jaga sampai kita bertemu bulan suci Ramadhan yang akan datang," kata Cahyadi dalam khotbahnya di hadapan 300-an jamaah itu.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015