... saya masih melihat dana sebesar itu habis dibelanjakan untuk konsumsi, belum secara sistematis dibelanjakan untuk kegiatan investasi permanen desa...Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia melansir data kebutuhan uang periode Ramadhan dan Idul Fitri 1436H/2015 sebesar Rp119,1 hingga Rp 125,2 triliun, naik tipis dibanding 2014 yang sebanyak Rp124,8 triliun.
Sebagai gambaran, dana APBN 2015 untuk Kementerian Pertahanan dan TNI kurang dari jumlah itu, sekitar Rp100 triliun saja.
Dana tersebar di Pulau Jawa 32 persen, diikuti Kota Jakarta 29 persen, Sumatera 20 persen, Sulawesi, dan Bali- Nusa Tenggara sebanyak 11 persen, dan Kalimantan 8 persen.
Aliran dana sebesar itu, menurut guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Satya Wacana, Professor Hendrawan Supratikno, seharusnya dimanfaatkan sebagai dana produktif yang mampu membantu membangun perekonomian desa.
"Sayangnya saya masih melihat dana sebesar itu habis dibelanjakan untuk konsumsi, belum secara sistematis dibelanjakan untuk kegiatan investasi permanen desa," katanya.
Dana tersebar di Pulau Jawa 32 persen, diikuti Kota Jakarta 29 persen, Sumatera 20 persen, Sulawesi, dan Bali- Nusa Tenggara sebanyak 11 persen, dan Kalimantan 8 persen.
Aliran dana sebesar itu, menurut guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Satya Wacana, Professor Hendrawan Supratikno, seharusnya dimanfaatkan sebagai dana produktif yang mampu membantu membangun perekonomian desa.
"Sayangnya saya masih melihat dana sebesar itu habis dibelanjakan untuk konsumsi, belum secara sistematis dibelanjakan untuk kegiatan investasi permanen desa," katanya.
"Bahkan saya menduga dan menilai konsumsinya lebih banyak untukkontestasi kesuksesan material misalnya saya dari kota nih, beli sepeda motor baru, sepatu baru, HP baru lalu di desa dibawa buat ketemu saudar dan tetangga," kata Supratikno, saat dihubungi www.antaranews.com, di Jakarta, Rabu.
Lebih lanjut ketua bidang perekonomian DPP PDI Perjuangan itu menilai Lebaran justru banyak dimanfaatkan spekulan untuk meraup keuntungan.
"Ini malah jadi ajang eksploitasi spekulan, misalnya transportasi yang tadinya cuma Rp50.000 jadi Rp150.000. Ini persis seperti TKI kalau pulang ke Indonesia, saya kasihan sekali sejak mendarat sudah disambut calo," katanya.
"Kita butuh kepala desa yang kreatif, yang mampu mewadahi aliran dana yang dibawa pemudik. Mereka harus pintar supaya modal sosial ini, kerinduan terhadap desa, bisa jadi kekuatan ekonomi," katanya.
Seharusnya, kata Hendrawan, setiap desa memiliki target pembangunan kolektif melalui momen mudik tahunan, misalnya tahun ini membangun rumah sakit, selanjutnya membangun fasilitas pendidikan dan lain-lain.
"Dengan kekerabatan yang terjadi, maka itu bisa diwadahi oleh koperasi yang kemudian dikumpulkan kemudian punya target mau bangun apa," kata dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.
Lebih lanjut ketua bidang perekonomian DPP PDI Perjuangan itu menilai Lebaran justru banyak dimanfaatkan spekulan untuk meraup keuntungan.
"Ini malah jadi ajang eksploitasi spekulan, misalnya transportasi yang tadinya cuma Rp50.000 jadi Rp150.000. Ini persis seperti TKI kalau pulang ke Indonesia, saya kasihan sekali sejak mendarat sudah disambut calo," katanya.
"Kita butuh kepala desa yang kreatif, yang mampu mewadahi aliran dana yang dibawa pemudik. Mereka harus pintar supaya modal sosial ini, kerinduan terhadap desa, bisa jadi kekuatan ekonomi," katanya.
Seharusnya, kata Hendrawan, setiap desa memiliki target pembangunan kolektif melalui momen mudik tahunan, misalnya tahun ini membangun rumah sakit, selanjutnya membangun fasilitas pendidikan dan lain-lain.
"Dengan kekerabatan yang terjadi, maka itu bisa diwadahi oleh koperasi yang kemudian dikumpulkan kemudian punya target mau bangun apa," kata dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015