Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak menguat sebesar 11 poin menjadi Rp13.328 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.339 per dolar AS.
"Laju mata uang rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS. Untuk saat ini, kekhawatiran akan keluarnya Yunani dari zona Euro dan tidak tercapainya kesepakatan dana talangan mulai berkurang," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar memiliki persepsi utang Yunani akan dimasukan dalam kesepakatan dengan dana moneter internasional (IMF). Namun, penguatan rupiah cenderung terbatas dikarenakan sentimen kenaikan suku bunga The Fed masih membayangi.
"Sentimen the Fed menahan penguatan mata uang rupiah lebh tinggi," ucapnya.
Ia menambahkan bahwa data neraca perdagangan Indonesia yang dirilis kembali membukukan surplus menambah sentimen positif bagi rupiah.
Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2015 surplus sebesar 477 juta dolar AS. Sedangkan periode Januari-Juni 2015 dicatat surplus sebesar 4,35 miliar dolar AS.
Dari eksternal, lanjut dia, data penjualan ritel Amerika Serikat periode Juni 2015 yang bergerak turun menekan mata uang dolar AS di kawasan Asia. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa perkiraan awal penjualan ritel dan jasa makanan untuk Juni sebesar 442 miliar dolar AS, turun 0,3 persen dari bulan sebelumnya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (15/7) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.329 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.320 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015