Mata saya perih akibat debu vulkanik karena kadang-kadang kaca helm harus dibuka ..."
Jember (ANTARA News) - Gunung Raung yang setinggi 3.332 meter dari permukaan laut (mdpl) abu vulkaniknya menyebar semakin meluas sehingga mengganggu kegiatan warga di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu.
"Saya terpaksa tidak menjemur kerupuk di luar rumah seperti biasanya karena hujan abu Gunung Raung, sehingga proses pengeringan kerupuk semakin lama," kata Toha, pedagang kerupuk keliling di Jember.
Menurut dia, proses penjemuran kerupuk yang terkena langsung sinar matahari biasanya membutuhkan waktu satu hari saat cuaca cukup panas, namun akibat abu vulkanik harus dijemur di dalam ruangan yang membutuhkan waktu dua hingga tiga hari.
"Mudah-mudahan hujan abu vulkanik segera reda dan tidak mengguyur Kabupaten Jember," katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh seorang ibu rumah tangga di Kecamatan Sumbersari, Rohima, yang mengaku terganggu dengan sebaran abu vulkanik Gunung Raung.
"Saya tidak bisa menjemur pakaian di samping halaman rumah karena abu, sehingga keringnya menjadi lama. Padahal besok Kamis (16/7) sudah mau mudik ke Banyuwangi," keluhnya.
Ibu dua anak itu terkadang harus mencuci kembali beberapa pakaian yang terkena abu vulkanik saat dijemur karena angin cukup kencang menyebabkan sebaran abu vulkanik masuk teras rumah.
Pemudik bersepeda motor yang melintas di Jember juga merasa terganggu dengan abu vulkanik Gunung Raung.
"Mata saya perih akibat debu vulkanik karena kadang-kadang kaca helm harus dibuka biar tidak mengantuk saat perjalanan mudik menuju Banyuwangi," kata Supriyadi, warga Banyuwangi yang bekerja di Kabupaten Lumajang.
Warga di Jember juga banyak yang menggunakan masker saat keluar rumah untuk berbelanja atau berkunjung ke sejumlah kerabat keluarga jelang Lebaran.
Data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember mencatat sebaran abu vulkanik Gunung Raung semakin meluas di beberapa kecamatan di kabupaten setempat, bahkan hujan abu vulkanik semakin deras pada malam hari.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015