Jakarta (ANTARA News) - Pada akhir abad ini, perubahan pada pola angin yang dipicu perubahan iklim akan membuat perjalanan pulang pergi dari Hawaii ke West Coast di Amerika Serikat sedikit lebih lama dan membuat polusi lebih banyak, demikian hasil penelitian terbaru dalam Sciencemag.
Ketika meneliti data penerbangan untuk empat maskapai besar sepanjang rute antara Honolulu dan tiga bandara di daratan Amerika Serikat (Los Angeles, Seattle-Tacoma, dan San Francisco) sejak 1995 hingga 2013, para ilmuwan menemukan bahwa waktu tempuh penerbangan sejak lepas landas hingga mendarat banyak sekali dipengaruhi kecepatan angin di ketinggian terbang yang tinggi dalam rute terbang.
Para peneliti lalu memakai hampir tiga lusin model iklim untuk mengukur bagaimana iklim di masa depan mempengaruhi waktu tempuh penerbangan pada rute Hawaii ke Amerika Serikat daratan.
Rata-rata, penerbangan pulang pergi sepanjang jalur itu menjadi satu menit lebih lama pada 2090, kata anggota tim peneliti di Nature Climate Change.
Untuk dua kali putaran perjalanan per hari setiap maskapai dalam setiap rute, diartikan sebagai tambahan 133 jam di udara setiap tahun.
Artinya ada tambahan 1,8 juta liter konsumsi bahan bakar jet (kira-kira 1,4 juta dolar AS), dan tambahan 4.600 metrik ton emisi karbondioksida.
Memperkirakan efek global dari perubahan iklim terhadap perjalanan udara tidaklan mudah, mengingat pola angin akan berubah-ubah di daerah yang berbeda.
Namun meski jumlah penerbangan komersial di masa mendatang tetap sama seperti sekarang, para ilmuwan memperkirakan sebuah pesawat mencatat 300.000 jam ekstra di udara setiap tahun.
300.000 jam ekstra sama dengan membakar tiga miliar lebih bahan bakar dan memproduksi lebih dari 10 juta metrik ton karbondioksida dibanding yang saat ini dilakukan.
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015