"Belanja ini ingin kami percepat agar dampaknya terasa ke pertumbuhan ekonomi," katanya di Jakarta, Rabu.
Menkeu menambahkan, untuk itu, instrumen belanja negara terutama belanja pemerintah akan dipercepat penyerapannya, karena sektor ekspor tidak bisa lagi menjadi andalan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sektor ekspor dipastikan mengalami kontraksi setelah harga komoditas global mengalami perlemahan dan Tiongkok yang menjadi salah satu negara tujuan utama ekspor Indonesia sedang mengalami perlambatan ekonomi.
"Itu pengaruh ke kita, terutama ke ekspor. Makanya fokus kami tahun ini bukan di eskpor, tetapi di belanja pemerintah," kata Menkeu.
Upaya pembenahan agar belanja pemerintah berkontribusi pada perekonomian adalah dengan mempercepat realisasi belanja infrastruktur dan mendorong pencairan dana yang masih terhambat prosedurnya di tingkat pemerintah daerah.
Hingga pertengahan Juli 2015, Menkeu mengatakan, realisasi belanja negara baru tercatat mencapai Rp820 triliun atau sekitar 41 persen dari target dalam APBN-Perubahan sebesar Rp1.984,1 triliun.
"Dari total belanja mendekati Rp2000 triliun, sudah Rp820 triliun per hari ini. Ini akan kami optimalkan. Perkiraan kami belanja negara total pada akhir tahun bisa 96 persen," ujarnya.
Terkait perkiraan angka pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2015, Menkeu optimistis masih bisa berada pada kisaran 5,2 persen, meskipun banyak proyeksi menyatakan ekonomi Indonesia tumbuh dibawah lima persen.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015