Perth (ANTARA News) - Perdana Menteri Australia Tony Abbott mencoba menenangkan para produsen sapi di negerinya terkait kabar akan merosotnya kuota impor sapi hidup yang diizinkan Pemerintah Indonesia.
"Ini hanya pengurangan sesaat, bukan pengurangan yang permanen," kata Abbott dalam wawancara dengan Radioa Macquarie, Rabu.
Dikabarkan, kuota impor sapi dari negeri itu yang diizinkan pemerintah Indonesia merosot tajam dari 250.000 ekor pada kuartal awal 2015 menjadi 50.000 ekor untuk periode Juli sampai September 2015.
Meskipun berkurangnya kuota impor sapi Indonesia membuat banyak pihak di Australia kecewa, tapi PM Abbott tetap yakin Indonesia tidak akan sanggup menciptakan swasembada sapi mengingat permintaan akan daging sapi terus meningkat.
Ia menjanjikan kalangan produsen sapi Australia bahwa kondisi akan kembali normal segera.
Selain itu, Abbott yang merupakan politisi dari Partai Liberal, mengungkapkan masih banyak negara yang bisa menjadi tujuan ekspor sapi Australia.
"Ini memang mengkhawatirkan, tapi Indonesia bukan satu-satunya pasar," katanya seakan menampik fakta yang ditunjukkan Meat & Livestock Australia Limited (MLA) bahwa Indonesia adalah pasar terbesar sapi hidup dan sapi potong Australia.
Ekspor sapi hidup dari Australia ke Indonesia secara geografis sangat tepat karena letak dua negara yang bertetangga dekat.
Dikutip dari laporan MLA yang dirilis pada Mei 2015, sepanjang tahun 2014 daging sapi potong dari Australia mengisi 15 persen dari kebutuhan konsumsi secara nasional di Indonesia. Sementara itu, sapi hidup dari Australia memasok 35 persen konsumsi Indonesia.
Indonesia mengimpor 76.647 ton daging sapi potong dari Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat. Sekitar 78 persen dari semua daging sapi potong impor itu dipasok oleh Australia.
Pada tahun 2014, nilai ekspor sapi Australia ke Indonesia mencapai rekor tertinggi, yaitu 883 juta dolar Australia atau setara dengan Rp9,3 triliun.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Indonesia Rachmat Gobel bahwa saat ini Indonesia sedang mengupayakan swasembada sapi dengan memberikan 80 persen pemenuhan pasar sapi kepada produsen lokal.
Di pihak lain, Presiden Konsul Bisnis Australia-Indonesia, Debnath Guharoy menengarai hubungan dagang akan lebih menguntungkan Australia bila saja hubungan diplomatik dengan Indonesia berada di posisi yang lebih baik.
Tapi klaim ini dibantah oleh Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, "Izin impor sapi hidup tidak ada hubungannya dengan kondisi politik ataupun hubungan kedua negara Indonesia dan Australia," katanya dalam keterangan tertulis.
Selain sapi hidup, Partai Buruh juga tengah mendesak agar pemerintah federal mencari konfirmasi tentang rencana Indonesia memangkas kuota impor dari Australia.
Sumber-sumber industri menduga Indonesia tidak akan lagi memperpanjang izin impor buah dari Australia, termasuk wortel, pisang dan mangga, demikian dilaporkan AAP. (E012)
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015