hari ini adalah hari yang bersejarah
Wina (ANTARA News) - Iran dan enam negara besar di dunia, Selasa (14/7), mensahkan kesepakatan soal nuklir Iran yang akan membuat sanksi Iran perlahan dicabut, namun program nuklirnya akan dibatasi.
"Apa yang kami umumkan hari ini bukan cuma kesepakatan, itu adalah kesepakatan yang bagus ... hari ini adalah hari yang bersejarah," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini dalam satu taklimat bersama Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif.
Kesepakatan nuklir ini dicapai dengan enam negara besar di dunia dan akan membangun kepercayaan, kata Zarif, sebagaimana diberitakan Xinhua, Rabu pagi.
Ia menambahkan kesepakatan itu bukan puncak tapi landasan yang kokoh. "Kita sekarang harus mulai membangun di atasnya," katanya.
"Program nuklir Iran akan secara eksklusif bersifat damai," kata kedua diplomat itu seraya menambahkan, "Iran mengkonirmasi bahwa Iran dalam kondisi apa pun tidak akan mencari atau memiliki senjata nuklir."
Kesepakatan menyeluruh ini dicapai antara Iran dan kelompok P5+1 --Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Tionggkok, Rusia ditambah Jerman-- setelah lebih dari dua pekan tawar menawar alot di Wina, Austria.
Iran dan lembaga pengawas atom PBB (IAEA) telah sepakat akan bekerjasama guna menyelesaikan kegiatan nuklir Teheran, yang pada masa lalu mencurigakan, termasuk masalah Parchin --lokasi militer yang dicurigai milik Iran, kata badan PBB itu melalui surel pada Selasa.
Berdasarkan peta jalan itu, Iran akan menangani keprihatinan IAEA mengenai apa yang disebut kemungkinan dimensi militer dari rencana nuklirnya, termasuk resolusi masalah Parchin --lokasi militer yang dicurigai IAEA mungkin digunakan oleh Iran untuk melakukan percobaan peledakan yang berkaitan dengan rencana senjata nuklir.
Ada sangat banyak kecaman di Amerika Serikat yang menuduh Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan timnya mundur dari kepentingan AS di meja perundingan. Mereka mengatakan kesepakatan itu tidak selamanya menghalangi jalur Iran ke pembuatan bom nuklir.
Presiden AS Barack Obama, Selasa, mendesak Kongres AS yang dikuasai Republik untuk mensahkan kesepakatan itu.
"Saya percaya bahwa tak bertanggung jawab untuk menjauhi kesepakatan itu, tapi mengenai masalah sulit semacam itu, penting bahwa rakyat Amerika dan wakil di Kongres mendapat peluang penuh untuk mengkaji kesepakatan itu," kata Obama dalam pidatonya pagi hari di Gedung Putih.
Kongres AS memiliki waktu 60 hari untuk mengkaji dan melakukan pemungutan suara mengenai kesepakatan nuklir Iran.
Namun Ketua Parlemen AS John Boehner pada Selasa mengatakan kesepakatan nuklir ini akan "membuat Iran jadi berani" dan memicu "persaingan senjata atom".
(C003)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015