"Indeks dolar AS mendapatkan tekanan turun menyusul kabar bahwa Yunani akan mengajukan proposal utang baru, itu mengindikasikan bahwa Yunani masih berkeinginan menjadi bagian dari zona Euro," kata Kepala riset Monex investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.
Selain itu, notulen rapat moneter Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang mengindikasikan untuk tidak menaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat, juga menjadi salah satu sentimen yang membantu menekan dolar AS.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan rupiah terhadap dolar AS masih cenderung terbatas menyusul masih adanya potensi suku bunga the Fed naik pada tahun ini.
Di sisi lain, dolar AS juga masih berpotensi berbalik arah ke area positif menyusul penurunan tajam pada indeks saham Tiongkok. Situasi itu akan mendorong investor masuk dalam aset yang masuk dalam kategori "safe haven", salah satunya dolar AS.
Fokus selanjutnya, ia mengatakan bahwa akan tertuju pada proposal Yunani terkkait pencairan dana talangan. Para menteri keuangan zona Euro akan berdiskusi diikuti dengan rapat darurat Eurogroup di akhir pekan ini.
"Rumor terbaru dari mengindikasikan bahwa kesepakatan baru dapat diraih termasuk menyediakan dana talangan untuk jangka waktu 2-3 tahun ke depan untuk Yunani, kemudian diikuti proposal restrukturisasi utang jangka panjang Yunani," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan the Fed memberikan tanda bahwa masalah Yunani dan perlambatan ekonomi Tiongkok ikut memengaruhi keputusan kenaikan suku bunga acuan.
"Tanda dari the Fed itu mendorong dolar AS bergerak melemah. Tekanan jual pada aset rupiah juga cenderung berkurang," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015