Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah sebesar 40 poin menjadi Rp13.362 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.322 per dolar AS.
"Mata uang dolar AS kembali bergerak menguat terhadap mata uang rupiah. Sentimen Yunani, ditambah dengan Tiongkok yang sedang mengalami tekanan di pasar sahamnya memberikan tekanan pada instrumen keuangan berisiko, salah satunya mata uang rupiah," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.
Di tengah situasi itu, lanjut dia, pelaku pasar uang cenderung melakukan pengalihan aset ke instrumen mata uang "safe haven" seperti dolar AS. Saat ini pelaku pasar mencemaskan kondisi perekonomian Tiongkok setelah pasar saham disana mengalami tekanan hingga 30 persen dalam lebih dari tiga pekan.
"Dolar AS masih dianggap sebagai aset safe haven bagi investor yang sedang waspada terhadap gejolak di pasar keuangan," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar juga akan fokus pada notulen hasil rapat moneter Bank Sentral AS. Para pelaku pasar akan mencari indikasi kenaikan suku bunga acuan AS (Fed fund rate). Bila ada indikasi kenaikan Fed fund rate maka dolar AS dapat menguat lebih tinggi lagi.
Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa Indonesia diharapkan dapat mengantisipasi kondisi eksternal sehingga dampak terhadap instrumen investasi dalam mata uang rupiah tidak terpengaruh signifikan.
"Sejauh ini pertumbuhan Indonesia masih relatif baik dibandingkan negara-negara lain," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (8/7) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.346 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.313 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015