"Bank Indonesia melihat tentu akan ada tekanan terhadap pasar uang dan pasar modal. Untuk itu kami menyakini ini bisa kita lewati dengan baik, karena yang penting kita harus menjaga stabilitas ekonomi makro dan menjaga komunikasi kita," ujarnya di Jakarta, Senin.
Agus mengatakan Bank Indonesia telah melakukan antisipasi terhadap kemungkinan berbagai tekanan eksternal yang bisa mengganggu kondisi perekonomian nasional, termasuk apabila Yunani mengalami gagal bayar utang dan keluar dari Zona Eropa.
"Sebetulnya selama tiga bulan terakhir, faktor eksternal yang kita sangat waspadai adalah normalisasi kebijakan The Fed dan gejolak Yunani. Jadi, seandainya setelah referendum ada kemungkinan mereka keluar dari Euro itu adalah sesuatu yang sudah kita antisipasi," ujarnya.
Antisipasi ini perlu dilakukan karena terkait dengan perilaku investor dalam memandang gejolak di suatu kawasan, meskipun dari segi geografis maupun ekonomi, Indonesia tidak memiliki ketergantungan dagang maupun investasi secara langsung dengan Yunani.
Untuk itu, menjaga stabilitas ekonomi makro dan komunikasi dengan pelaku pasar menjadi penting untuk menciptakan rasa aman, karena setiap gejolak yang terjadi bisa menimbulkan kekhawatiran investor dan kaburnya modal ke negara-negara "safe haven".
"Kalau dampak dari perdagangan dan investasi tidak terlalu berpengaruh, tapi ada persepsi stabilitas ekonomi makro. Itu yang terkena, karena kita tahu begitu ada risiko meningkat, langsung ada periode risk off dan flight to quality ke AS dan Jepang. Negara berkembang dan Indonesia perlu waspada," kata Agus.
Agus mengkhawatirkan kaburnya modal dari negara berkembang ke negara-negara "safe haven", seperti AS dan Jepang yang dianggap lebih aman dan mapan ekonominya, karena krisis di Yunani. Namun, ia menyakini stabilitas ekonomi makro Indonesia saat ini dalam keadaan baik.
"Kita utamakan adalah menjaga stabilitas ekonomi makro kita. Selain itu, perlu kita upayakan untuk menstabilkan rupiah dan memberikan komunikasi bahwa perkembangan Yunani adalah sesuatu yang sudah kita antisipasi. Untuk itu, kita tidak perlu khawatir berlebihan dan kita bisa lewati ini dengan baik," ujarnya.
Yunani sudah memastikan tidak dapat membayar utang senilai 1,54 miliar euro atau sekitar Rp22 triliun kepada Dana Moneter Internasional (IMF) yang telah jatuh tempo. Kondisi makin memburuk setelah hasil referendum memperlihatkan warga Yunani enggan untuk menerima bantuan likuiditas dari Troika untuk melunasi utang-utangnya.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015