Industri komponen masih kurang, sudah saatnya dibangun."

Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 30 persen dari total kapal di Indonesia berumur lebih dari dua dekade berdasar data Kementerian Perindustrian pada 2015. Pada Februari 2014 tercatat ada 13.224 kapal nasional, berarti ada nyaris 4.000 kapal tua.

Dewan Penasehat Ikatan Perusahaan Kapal Nasional dan Lepas Pantai Indonesia (IPERINDO) Tjahjono Roesdianto mengemukakan banyaknya kapal tua yang harus diperbarui menjadi potensi pasar domestik bagi pengembangan industri komponen kapal.

"Industri komponen masih kurang, sudah saatnya dibangun," kata Tjahjono dalam diskusi investasi di Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta, Senin.

Pengembangan industri komponen kapal juga menjadi upaya melepaskan diri dari ketergantungan bahan baku impor.

Menurut data Kementerian Perindustrian, sebanyak 70 persen bahan baku pembuatan kapal masih diimpor, meliputi mesin dan peralatan elektronik seperti alat navigasi dan sistem komunikasi.

Sementara itu, komponen yang berasal dari dalam negeri adalah plat besi, air conditioning hingga cat.

Mengembangkan industri komponen kapal Indonesia, lanjut dia, adalah salah satu cara meningkatkan ketertarikan investor di bidang industri kapal.

Selain itu, Indonesia masih harus mengembangkan kemampuan "project management" agar stigma pembangunan kapal di Indonesia yang lambat dapat diubah.

Sebagai perbandingan, pembangunan kapal tanker 10.000 DWT di Indonesia dapat memakan waktu 18 bulan, sementara tanker 260.000 DWT di Korea dapat selesai dalam waktu 9 bulan.

IPERINDO pun merekomendasikan pemerintah untuk membuat regulasi agar perusahaan perkapalan dalam negeri tidak akan dirugikan oleh investor asing yang menanam modal untuk industri galangan kapal besar.

Regulasi yang dimaksud dapat berupa pembatasan gerak sedemikian rupa agar perusahaan kecil lokal dapat tetap bersaing dan berkembang.

"Bagaimana caranya biar tidak seperti ikan paus, biar yang kecil-kecil tidak habis," ujar dia.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015