Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan bioskop nasional Cinema 21 menargetkan mampu menghadirkan 1.000 layar di Indonesia pada 2017 seiring membaiknya industri film layar lebar nasional.
Corporate Secretary Cinema 21 Catherine Keng di Jakarta, Senin menyatakan, khusus tahun ini pihaknya akan melakukan hadir di 20 lokasi di tanah air.
Di antara 20 lokasi yang akan hadir pada 2015, tiga di antaranya di kota yang belum terdapat bioskop yaitu di Palu, Singkawang dan Lombok.
"Yang segera akan dibuka adalah di kota Palu, yaitu tanggal 10 Juli," lanjut Catherine Keng.
Di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah tersebut, Cinema XXI hadir di Grand Mall Palu. Lengkap dengan teater Deluxe dan The Premiere serta akan menjadi bioskop multiplex pertama di kota itu.
Menurut dia, dengan dibukanya Cinema XXI di kota Palu pada 10 Juli nanti maka jumlah bioskop Cinema XXI mencapai 796 layar di 148 lokasi di 34 kota.
Secara keseluruhan, tambahnya, dengan dibukanya 7 layar di Palu nanti, maka jumlah layar di Indonesia akan mencapai 1.036 layar.
"Jumlah tersebut tentu sangat positif. Karena merupakan salah satu indikasi, kian bergairahnya industri bioskop di Tanah Air. Ini merupakan perkembangan yang positif dan sehat," katanya.
Menurut Catherine Keng dengan terus bertambahnya jumlah bioskop di tanah air maka akan menumbuhkan "movie-going habit" atau kebiasaan untuk menonton.
Gairah tersebut, lanjutnya, harus diimbangi dengan peningkatan kualitas film yang akan disajikan, dalam hal ini, film-film yang hadir harus sesuai dengan minat maupun harapan penonton.
"Karena penonton tidak bisa didikte. Penontonlah yang menentukan, film apa yang akan ditonton. Film itu persoalan selera," katanya.
Tahun berat
Terkait perkembangan film nasional, menurut Catherine, 2015 merupakan masa yang cukup berat bagi perfilman Indonesia karena di tahun ini belum ada film Indonesia yang menembus 1 juta penonton.
Menurut dia, dengan digitalisasi film membuat biaya produksi film cukup rendah, makin banyak orang berbondong-bondong bikin film, sehingga munculah film yang kualitasnya kurang terjaga dan membuat penonton hilang kepercayaan untuk menonton film Indonesia.
"Jadi, persoalan kualitas, memang menjadi salah satu kunci untuk menggairahkan perfilman nasional," katanya.
Jika di satu sisi, industri bioskop sudah mengalami pertumbuhan menggembirakan, tambahnya, di sisi lain hendaknya para film maker juga harus meningkatkan mutu film yang dibuat.
"Pertumbuhan jumlah layar adalah kesempatan dan ruang yang harus diisi, dan kualitas adalah jawabannya. Jangan kecewakan penonton. Karena sekali kecewa perlu waktu untuk mengembalikan kepercayaan penonton," kata Catherine Keng.
Pewarta: Subagyo
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015