Manila (ANTARA News) - Seorang warga Indonesia yang diduga sebagai mata-mata bagi kelompok Jemaah Islamiyah (JI), termasuk di antara enam anggota kelompok gerilyawan yang tewas setelah bentrok dengan pasukan Filipina, kata militer Filipina, kemarin. Menurut Brigjen Juancho Sabban, seorang komandan marinir Filipina, orang Indonesia yang tewas tersebut diidentifikasikan sebagai Gufran atau Abu Samur -- asisten kepercayaan Dulmatin, ahli pembuat bom asal Indonesia yang juga diyakini bersembunyi di selatan Filipina. Bentrokan terjadi di laut pada hari Sabtu ketika marinir Filipina dapat mengejar kelompok militan di dekat Pulau Balimbing, provinsi Tawi-Tawi, 1.050 kilometer selatan ibukota Manila. Enam orang gerilyawan tewas, kata Sabban, meralat laporan sebelumnya yang menyebutkan jumlah korban tujuh orang. Ia mengatakan, lima orang yang tewas lainnya adalah anggota kelompok gerilyawan Abu Sayyaf, termasuk Jundam Jamalul, seorang komandan gerilyawan yang kepalanya dihargai 40.000 dolar oleh AS bagi siapa yang dapat menangkapnya. Jamalul terlibat kasus penculikan turis barat dan pekerja Asia, termasuk tiga anggota keluarga asal Jerman, dari pulau Sipadan Malaysia April 2000. Sabban menambahkan, korban lainnya Abu Hubaida, Ibrahim Hassan, Khadaffi Janjalani, Gadar Abubakara, satu orang yang belum teridentifikasi. Pihak militer juga masih memburu anggota JI Dulmatin, Omar Patek, Janjalani dan tokoh-tokoh kelompok Abu Sayyaf lainnya di Pulau Jolo, sejak Agustus tahun lalu. Desember lalu militer melaporkan telah menerima jenazah yang diyakin sebagai Janjalani, yang diduga mengalami luka-luka dalam bentrokan dengan mliter Filipina di Pulau Jolo, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007