Kanselir Jerman, Angela Merkel, langsung menelphon Presiden Prancis, Francois Hollande, pada Minggu malam, setelah perhitungan suara referendum selesai. Mereka berdua menyatakan, keputusan warga Yunani harus dihormati dan mendesak pertemuan darurat antar anggota pengguna mata uang euro.
Sebelum bergabung dengan zona euro, Yunani merupakan negara yang menggunakan mata uang paling tua di dunia, drachma.
Sementara itu Presiden Uni Eropa, Donald Tusk, mengungkapkan perundingan mengenai hasil referendum Yunani akan digelar, Selasa.
Selain itu pada Senin pagi, kepala Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, menggelar rapat tele-konferensi pada Senin pagi bersama kepala Bank Sentral Eropa, Mario Draghi, dan Kepala Menteri Keuangan Negara Pengguna Euro, Jeroen Dijsselbloem.
Dijsselbloem sendiri mengatakan, hasil penolakan terhadap persyaratan dana talangan adalah hasil yang sangat disesalkan bagi masa depan Yunani.
Sementara itu di Inggris, pemerintah setempat berjanji akan "melakukan segala yang yang diperlukan" demi melindungi kestabilan ekonominya terkait dengan hasil referendum. Juru bicara Perdana Menteri Inggris, David Cameron, mengatakan, tim kabinet akan menggelar rapat, Senin ini, untuk membicarakan langkah selanjutnya.
Sebagaimana diketahui, 61 persen warga Yunani menolak tuntutan yang diajukan oleh kreditur internasional yang akan memberi Yunani sejumlah dana segar untuk membayar hutang-hutangnya ke IMF yang jatuh tempo pada akhir Juni lalu.
Syarat-syarat tersebut adalah penghematan anggaran negara yang mencakup pemotongan dana pensiun dan juga kenaikan pajak.
Setelah referendum, Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras, menegaskan, negaranya tidak bermaksud hendak keluar dari Eropa. Dia menekankan penggunaan mata uang euro tidak dapat dicabut.
"Ini bukan merupakan mandat untuk keluar dari Eropa, tapi adalah mandat untuk memperkuat perundingan demi kesepakatan yang terbaik," kata dia.
Tsipras menjelaskan bahwa para kreditur--baik itu Bank Sentral Eropa maupun IMF--kini harus merundingkan restrukturisasi hutan Yunani yang berjumlah total 240 milyar euro.
Tinjauan secara umum, Yunani memang hampir berada di ujung krisis finansial. Jika tidak mendapat dana talangan dari kreditur Eropa, dengan keadaan hampir di ujung krisis finansial, Yunani bisa saja harus kembali menggunakan mata uang drachma agar perekonomian tetap berjalan.
Masa depan yang belum jelas tersebut kemudian memunculkan kekhawatiran akan adanya penarikan dana masyarakat secara besar-besaran dalam waktu serentak yang kemudian berdampak pada krisis likuiditas dan hancurnya sistem perbankan.
Untuk menghindari hal tersebut, pemerintah mulai menerapkan pembatasan penarikan uang dari bank. Warga Yunani tidak bisa mengambil uang lebih dari 60 euro dari mesin ATM dan tidak dapat mengambil tabungan deposito.
Jika Bank Sentral Eropa tidak menyalurkan euro kepada bank-bank di Yunani dalam satu atau dua hari ke depan, maka akan banyak perusahaan-perusahaan setempat yang terancam bangkrut.
Sebelumnya pada Kamis lalu, Yunani gagal membayar hutang senilai 1,5 milyar euro kepada IMF dan menjadi negara maju pertama yang melakukan hal tersebut.
Lalu pada Jumat, lembaga European Financial Stability Facility--yang memberi hutang kepada Athena senilai 144,6 milyar euro--resmi menyatakan Yunani sebagai negara bangkrut.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015