"Penurunan ke Belanda akibat kampanye negatif sawit di Eropa, sedangkan ke RRT akibat kebijakan negara itu menekan impor di tengah pasar yang masih lesu," kata Sekretaris Asosiiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Laksamana Adiyaksa di Medan, Minggu..
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, katanya menunjukkan, nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati ke Belada turun hingga 20,26 persen dari tahun lalu atau menjadi 42,667 juta dolar AS.
Sedangkan ke RRT turun 68,81 persen atau menjadi 88,301 juta dolar AS.
"Perlu diwaspadai penurunan ekspor golongan barang itu ke RRT dan Belanda karena keduanya selama ini menjadi pasar terbesar," katanya.
Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Timbas P Ginting, menyebutkan, RRT dan Belanda adalah dua negara pasar utama minyak nabati yang khususnya berasal dari minyak sawit mentah atau CPO.
"Selain akibat krisis global, penurunan ekspor sawit Sumut ke Belanda antara lain dampak kampanye negatif sawit," katanya.
Oleh karena itu, katanya, pemerintah perlu terus mendukung pengusaha khususnya dalam menekan atau bahkan menghapus kampanye negatif.
Penurunan ke RRT akibat beberapa faktor seperti upaya RRT mengurangi permintaan CPO dengan berbagai alasan.
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015