Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa program pengembangan bahan bakar nabati (BBN) merupakan program nasional yang sudah dirancang dengan matang dan memperhitungkan kemampuan yang dimiliki negara. "Saya tidaklah bermimpi dengan program BBN dan ini bukan wacana saja. Program ini bersifat realistik dengan memperhitungkan segala kemampuan dan potensi yang kita miliki," kata Pesiden dalam pidatonya kepada sejumlah pemangku kepentingan pengembangan BBN di Istana Negara Jakarta, Selasa. Dijelaskannya program BBN sudah memikirkan seluruh aspek yang juga dapat berkembang sejalan dengan proyek besar ini. "Wilayah negara kita sangat luas, dan masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan secara efisien," katanya. Selain untuk menggantikan konsumsi BBM yang akan segera habis, lanjutnya, pengembangan BBN juga akan bermanfaat dalam penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan. "Rakyat miskin yang tinggal di sekitar perkebunan juga akan bisa bekerja," tambahnya. Presiden bahkan mengemukakan program BBN ini bisa juga disebut program dunia, karena penggunaan BBN yang ramah lingkungan akan menjaga kelestarian lingkungan yang juga amanat Sang Pencipta Alam. Menko Kesra Aburizal Bakrie di tempat yang sama mengatakan bahwa pada Selasa pagi bertempat di Kantor Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral telah dilakukan 60 kesepakatan bersama antar berbagai pihak. Kesepakatan itu antara lain 27 kerjasama antar Pemda Kabupaten dengan sejumlah LSM seperti di Kabupaten Pacitan, Merauke dan Lampung Selatan. Kemudian 25 kesepakatan dengan BUMN yang bertugas mendukung BBN, 6 kesepakatan dengan lembaga peneletian dan Perguruan Tinggi, seperti IPB dan ITB. Serta 14 kesepakatan penanaman modal asing dan 26 kesepakatan penanaman modal dalam negeri. (*)
Copyright © ANTARA 2007