Hal itu disampaikan Angelina Pattiasina di sela-sela buka puasa bersama yang diselenggarakan pemuda-pemudi Maluku se-Jabodetabek di Taman Wijaya IX, Kebayoran Baru, Jakarta, Sabtu (4/7) malam.
Lebih dari itu, kata Angelina, harus juga ada kemauan politik yang sungguh-sungguh dari Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla serta seluruh pejabat yang terkait dengan pembangunan daerah, khususnya Maluku dan Maluku Utara.
Tanpa "political will" yang serius, Maluku dan Maluku Utara, terus terpinggirkan, tertinggal dan dampaknya sumber daya manusia di daerah itu tidak bisa bersaing dengan saudara mereka dari provinsi lain.
"Sekarang muncul kesadaran di kalangan masyarakat Maluku dan Maluku Utara bahwa memiliki sejarah panjang yang gemilang dan itu harus diulang dengan kemauan semua pihak, baik masyarakat Maluku maupun pemerintah di pusat dan daerah," ujar mantan anggota Fraksi PDIP DPR RI ini,
Angelina Pattiasina yang juga Direktur Archipelago Solidarity Foundation menyatakan, kedua provinsi harus dimajukan industri perikanan dan kelautannya. Hal itu sesuai dengan besarnya potensi perikanan dan kelautan di wilayah itu, termasuk Pulau Buru.
"Tradisi Maluku adalah laut dan ikan menjadi makanan utama, di samping sagu. Harusnya Presiden menegaskan akan membangun industri untuk memajukan perikanan dan sumber laut lainnya," ujar Angelina.
Angelina juga mengungkapkan kesedihannya sejak masa reformasi, tokoh tokoh yang berasal dari Maluku tidak tampil ke pentas nasional. "Lebih menyayat lagi, masyarakat Maluku yang dulu dikenal damai, tidak mempersoalkan agama, ras dan perbedaan, malah terkoyak koyal dalam perang saudara. Ini membuat Maluku akhirnya tertinggal," katanya.
Dia menyatakan, sudah saatnya konsep persaudaraan "Pela Gandong" disosialisasikan dan direaliasasikan demi persaudaraan untuk kemajuan Maluku.
Pewarta: Sri Muryono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015