Dwi dan timnya berhasil membangun SLV dengan teknologi canggih yang diberi nama The Apogee Ranger V7s (TARAV7s) dengan dana dari Ministerie van Defensie (Kementerian Pertahanan Belanda), Nationaal Lucht-en Ruimtevaartlaboratorium (Laboratorium Antariksa Nasional Belanda).
Airbus Defense (divisi dari Airbus grup yang bergerak di bidang pertahanan dan produk serta jasa penerbangan), dan Dutch Space (sebuah perusahaan terbesar di Belanda dalam bidang aerospace), demikian dikutip dari laman Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rabu.
SLV bersandi yang merupakan roket yang digunakan untuk membawa muatan dari Bumi ke luar angkasa tersebut mampu untuk mengantarkan modul scientific orbital payload di orbit 347 km.
Roket ini merupakan rancangan roket jenis 3 tingkat yang menggunakan hybrid engine serta dilengkapi dengan sistem aerodinamik aktif dan sistem komputer serta kendali roket modern.
Inovasi yang dikembangkan dalam desain roket ini adalah implementasi sistem aerodinamika aktif yang dikontrol oleh Stability Augmentation System (SAS) dan modul-modul Internal Measurement Unit (IMU).
Dengan menggunakan sistem aerodinamika aktif ini, gangguan-gangguan seperti perubahan arah angin yang masif dan tiba-tiba, perubahan dan keadaan lapisan-lapisan atmosfir, medan magnet dan ganguan-ganguan lain dinetralisir. Hasilnya trajectory dan apogee roket dapat distabilkan, dikendalikan dan dimaksimalkan.
Semua sistem sensor dan flight-modules roket tersebut dikendalikan oleh sebuah flight-module utama berbasis octa-core @3Ghz dengan realtime operating system yang diberi nama GadoGadoOS 64-bit sebagai otak di belakangnya.
Selain itu, roket TARAV7s ini juga memecahkan rekor pada kategori supersonic liftoff dan pencapaian titik jelajah apogee 23 persen lebih tinggi untuk jenis kelas roket yang sama. Roket TARAV7s dengan diameter 310mm yang dilengkapi dengan hybrid engine dan stabilisator aerodinamika aktif tersebut mampu memberikan trust 200 kN secara optimal.
Dengan keberhasilan peluncuran roket ini, Dwi yang mmerupakan Alumni Penerima Beasiswa S2 Luar Negeri Kementerian Komunikasi dan Informatika 2007, kembali diberi tugas untuk mengembangkan roket generasi selanjutnya untuk mengantarkan modul scientific orbital payload di Low Earth Orbit (LEO), yaitu sekitar 1.000 km.
Selain keberhasilan peluncuran SLV tweawbut, pada 2009 yang lalu, Dwi dan timnya juga berhasil mengembangkan dan mengorbitkan active nanosatellite generasi kedua di TU Delft yang diberi nama Delfi-n3Xt.
Teknologi dibalik active nano-satellite pertama di dunia ini kemudian menjadi barometer dan acuan desain standar teknologi active nano-satellite pada universitas-universitas di seluruh dunia.
Dwi Hartanto menerima beasiswa S2 luar negeri dari Kementerian Kominfo pada tahun 2007 untuk mengambil studi Master (dengan spesialisasi bidang Space Technology) dan kemudian melanjutkan studi doktor nya di bidang yang sama serta di Universitas yang sama, yaitu TU Delft, Belanda.
Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015