"Mereka tidak hanya merusak warisan budaya tetapi juga menargetkan secara sistematis untuk menyerang masyarakat," kata Kepala UNESCO Irina Bokova saat memberikan pidato di Chatham House, London, dikutip dari AFP, Kamis.
"Strategi tersebut sebagai upaya untuk menghancurkan identitas dengan menghilangkan warisan dan kebudayaan khas," tambahnya.
Beberapa situs arkeologi telah diserang oleh anggota ISIS di Irak dan Suriah dan baru-baru ini mereka mengambil alih daerah termasuk reruntuhan kota kuno Palmyra di Suriah yang memicu kekhawatiran di seluruh dunia.
Pada April, kelompok ISIS merilis sebuah video yang memperlihatkan militan menggunakan senapan dan palu besi untuk menghancurkan artefak di Hatra.
Sebelumnya militan juga merusak situs kota kuno Asiria di Nimrud, Irak dan menghancurkan puluhan potongan-potongan dari museum di Mosul.
"Saya pikir tumbuhnya kesadaran bahwa hard power tidak akan cukup untuk mengalahkan ekstremis sudah meningkat. Kita juga perlu soft power," kata Bokova.
"Budaya harus menjadi bagian dari respons kita terhadap ekstremisme kekerasan," ujarnya.
UNESCO melakukan pertemuan di Bonn, Jerman dalam sesi komite ke 39 sampai 8 Juli dan akan mempertimbangkan setidaknya 36 situs alam dan budaya yang bersaing untuk mendapatkan status Warisan Dunia.
Organisasi tersebut telah meluncurkan kampanye berjudul "Unite4Heritage" untuk mempertahankan situs sejarah di bawah ancaman para ekstremis dan melawan propaganda militan.
Penerjemah: Monalisa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015