Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi bergerak melemah sebesar 44 poin menjadi Rp13.324 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.280 per dolar AS.
"Mata uang rupiah bergerak melemah setelah data tenaga kerja Amerika Serikat yang dirilis tadi malam, yakni data penggajian non pertanian (non farm payrolls/NFP) versi ADP (Automatic Data Processing) tercatat lebih bagus dari ekspektasi," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan bahwa data NFP Amerika Serikat versi pemerintah juga diprediksi meningkat, sementara rata-rata pendapatan per jam para pekerja di AS juga diperkirakan tumbuh 0,2 persen.
"Perkiraan itu terbilang cukup optimis, bila hasilnya melebihi ekspektas maka dolar AS bisa terdorong menguat lebih tinggi," katanya.
Dari dalam negeri, lanjut dia, angka inflasi Juni yang masih sesuai dengan ekspektasi kalangan analis dapat menjadi sentimen positif bagi rupiah sehingga menahan tekanan lebih dalam terhadap dolar AS.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat data inflasi untuk Juni 2015 sebesar 0,54 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,5 persen (mtm).
Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra menilai bahwa inflasi Juni 2015 yang sebesar 0,54 persen itu lebih rendah dari prediksi Mandiri Sekuritas dan konsensus yang masing-masing sebesar 0,63 persen dan 0,65 persen.
"Kami menilai tekanan inflasi itu masih terukur dan masih sejalan dengan target inflasi BI 4 plus minus 1 persen," katanya.
Dari sisi kebijakan moneter, lanjut dia, Mandiri Sekuritas menilai Bank Indonesia akan kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuannya pada rapat dewan gubernur (RDG) selanjutnya yang akan digelar pada 14 Juli mendatang.
"Dipertahankannya suku bunga acuan itu merupakan sikap prudent untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah risiko eksternal," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015