Jakarta (ANTARA News) - Peneliti sekaligus Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Rizal Sukma menilai kecelakaan pesawat transport C-130 Hercules merupakan wujud problem struktural yang sudah lama ada tentang alat utama sistem senjata Indonesia.
"Sehingga menurut saya tidak ada pilihan lain bagi sistem alutsista Indonesia selain harus dilakukan peninjauan ulang secara betul," katanya di Jakarta, Rabu, ketika ditanya mengenai tanggapannya terhadap kecelakaan pesawat C-130 Hercules di Medan, Sumatera Utara, Selasa siang.
Untuk menyiasati keterbatasan anggaran pertahanan negara dari segi APBN, Rizal Sukma, mengusulkan kepada TNI untuk fokus pada empat area. Fokus pertama yakni membangun kemampuan mobilitas pertahanan di darat, laut, dan udara dengan memprioritaskan pada pengadaan alat-alat transportasi militer.
"Implikasi area ini cukup banyak, seperti untuk mengangkut pasukan dalam sebuah operasi nonmiliter yang sangat tergantung pada kecepatan dan pergerakan pasukan," ucapnya.
Kedua, memperkuat kemampuan pengintaian dan penginderaan karena kaitan yang dimiliki oleh area ini sangat besar terhadap prioritas pemerintah yang lain, seperti masalah pencurian ikan, pelanggaran perbatasan, dan penyelundupan.
Ketiga, fokus pada bidang yang memiliki kaitan dengan operasi bersifat kemanusiaan, seperti bantuan kemanusiaan pascabencana.
Keempat, peningkatan peran dan kontribusi TNI pada perdamaian dunia, terutama dalam tugas penjaga perdamaian yang inisiatifnya berada di bawah PBB.
Menurut Rizal, saat ini jumlah anggota TNI yang terlibat dalam pasukan penjaga perdamaian sebanyak 2.000 orang dan sedang berusaha ditingkatkan menjadi 4.000 orang.
Kapasitas untuk menjaga perdamaian dunia, katanya, penting karena hal tersebut sesuai dengan tuntutan konstitusi, memberi pengalaman bagi anggota TNI yang terlibat, membawa nama Indonesia, dan membantu Indonesia dalam pembangunan industri pertahanan.
"Empat area itulah yang menurut saya harus dijadikan fokus, tidak perlu terlalu jauh, mengingat anggaran pertahanan sekarang juga terbatas, hanya sekitar 8,3 miliar dollar AS," kata Rizal.
Sebelumnya, Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengatakan, alutsista militer harus segera diperbarui secara bertahap.
"Tentu pasti rencana Pemerintah memperbarui alutsista kita secara bertahap. Kalau pesawat angkut memang (Pemerintah) baru beli CN-295," kata dia.
Terkait armada Hercules yang mengalami kecelakaan di Medan, dia mengatakan pesawat itu sudah tua dan Indonesia memiliki pesawat sejenis Hercules sebanyak 20 unit.
"Memang ini pesawat tua, sudah 50 tahun, tapi ini mau diretrofit. Semua memang kita punya 20 Hercules. Tentara itu baru beli pesawat tahun 1950-1960, waktu zamannya Bung Karno dan zaman Jenderal Yusuf. Tahun 1960 itu awal-awal (beli) Hercules," jelas Wapres.
Pewarta: Roberto C. Basuki
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015