Banda Aceh (ANTARA News) - Sebanyak 11.984 Kepala Keluarga (KK) atau 51.388 jiwa warga masyarakat Kabupaten Aceh Tamiang yang selamat dari bencana banjir bandang hingga hari ini (8/1) masih bertahan di tenda-tenda darurat. "Mereka korban banjir yang selamat dari bencana alam dan kini tinggal secara terpencar pada 177 titik dengan menempati tenda-tenda darurat," kata Kepala Bagian Sosial Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, Basyarakat, kepada ANTARA di Banda Aceh, Senin. Aceh Tamiang, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Timur dengan ibukotanya Kuala Simpang, sekitar 740 Km sebelah timur kota Banda Aceh, dan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara (Sumut), pada 22 Desember 2006 luluh lantak diterjang banjir bandang. "Dalam peristiwa tersebut puluhan orang tewas dari ribuan rumah penduduk hanyut diterjang air," katanya. Ketika ditanya jumlah kerugian, ia menyebutkan Pemkab Aceh Tamiang belum berhasil menghitungnya, namun dari bangunan yang hancur, rusak berat dan ringan ditasirkan kerugian sementara mencapai ratusan miliar rupiah. Untuk membantu para korban, pihak Pemkab Aceh Tamiang telah menyalurkan bantuan berupa beras sebanyak 121 ton serta dari pihak ketiga 500 ton guna mengatasi krisis pangan bagi para korban yang masih bertahan ditenda-tenda darurat. "Ada rencana dari pihak ketiga menambah bantuan beras sebanyak 20 ton lagi untuk dibagikan bagi koraban banjir yang masih bertahan ditenda-tenda darurat," katanya. Bencana banjir terparah melanda tiga kecamatan di Aceh Tamiang, yakni Bandar Pusaka, Kejuruan Muda, Tenggulun dan Kecamatan Kota Kuala Simpang, sehingga aktivitas pemerintahan hingga saat ini belum berjalan secara normal. "Meskipun situasi di Aceh Tamiang hingga kini masih sangat darurat, pelayanan kepada masyarakat tetap dilakukan dengan membuka Posko di Desa Paya Bedi," tambahnya. Hasil pendataan terakhir, kata Basyaruddin, jumlah korban meninggal dunia seluruhnya 26 orang, terdiri atas meninggal pada saat banjir sepuluh orang, meninggal di pengungsian 15 orang, termasuk salah seorang relawan kemanusiaan. Sebagian para pengungsi yang masih memiliki rumah telah kembali dan mulai membersihkan rumah mereka dari kotoran sampah dan lumpur, sedangkan mereka kehilangan tempat tinggal tetap bertahan di lokasi pengungsian. (*)

Copyright © ANTARA 2007