Depok (ANTARA News) - Sosok Kapten Penerbang, Sandy Permana dikenal sebagai seorang yang sayang dan perhatian bagi keluarganya sehingfga kepergiannya yang mendadak membuat keluarganya sangat terupukul.
"Memang anaknya pendiam tapi begitu besar perhatiannya sama keluarga," kata Arum Etikaiena, kakak sulung Sandy, ketika ditemui dikediamannya di Gang Karet, Rt 1 Rw 20 No. 59, Kecamatan Beji Kota Depok, Jawa Barat, Rabu.
Begitu mendengar kepergian adiknya akibat kecelakaan pesawat Hercules tersebut, suasana duka menyelimuti keluarga wanita berkerudung tersebut. Sandy ujar Arum merupakan anak yang mandiri dan juga dikenal sebagai anak yang rajin dan cerdas.
Arum bercerita jika Sandy terbang, pulangnya selalu membawa oleh-oleh. Keponakannya selalu mendapat oleh-oleh juga. "Waktu itu Sandy membelikan keponakannya, mainan helikopter ketika ulang tahun," ujarnya.
Arum yang tak kuasa menahan tangis menuturkan Sandy ingin sekali pulang ke kampung halamannya di Bangka Belitung untuk mengenang masa kecilnya bersama keluarga.
Beberapa hari lalu dirinya juga berkomunikasi dengan Sandy dan berharap dalam menjalankan ibadah puas diberikan kelancaran. Sandy juga meminta maaf jika memang ada kesalahan-kesalahan yang dibuatnya.
Pesawat Hercules tipe C-130 milik TNI-AU dengan nomor registrasi A1310 jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/6) siang.
Kapten Penerbang (Pnb) Sandy Permana, pilot pesawat Hercules C130, berasal dari Skuadron 32 Abdul Rahman Saleh, Malang, Jawa Timur. Sandy menjadi salah satu korban akibat jatuhnya pesawat Hercules tersebut.
Sandy merupakan lulusan terbaik pada 1997, yang terlahir dari pasangan almarhum Haji Ratmojo dan almarhum Hj. Idah ini meninggalkan seorang istri, Fitriani Hapsari dan dua anak kecil masing-masing Zahra Anindya Putri Permana, dan Zahira Maulidina Putri Permana.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015