Denpasar (ANTARA News) - Bencana ekologis yang disebabkan oleh kerusakan kawasan hutan dan lingkungan di Indonesia sebanyak 135 kejadian selama 2006. "Bencana ekologis itu diawali dengan banjir dan tanah longsor di Jember, Jawa Timur pada 1 Januari 2006 dan di penghujung tahun itu ditutup dengan pengungsian lebih dari 70.000 jiwa di Aceh utara akibat banjir dan tanah longsor," kata Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi), Chalid Muhammad, di Sanur, Senin. Ketika tampil sebagai pembicara dalam seminar berkaitan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), ia mengatakan musibah akibat kerusakan lingkungan di Indonesia dalam lima tahun terakhir meningkat tiga kali lebih besar. Bencana ekologis yang menimbulkan kerugian besar, baik material maupun korban jiwa, menurut Chalid Muhammad, akibat faktor alam dan kesalahan dalam pengurusan alam. Kesalahan tersebut membuat 83 persen wilayah Indonesia rawan bencana, serta 90 persen masyarakatnya rentan menjadi korban bencana. "Tingginya persentase rakyat yang menghadapi risiko bencana tidak disertai dengan tersedianya alat pendeteksian dini, meskipun hal itu baru dirintis di sejumlah pantai di Bali," ujar Chalid Muhammad. Bencana ekologis yang dihadapi Indonesia secara silih berganti, salah satu penyebabnya adalah eksploitasi hutan secara berlebihan terhadap alam. "Eksploitasi tersebut baik yang diizinkan oleh negara maupun secara ilegal mengantarkan Indonesia pada kerusakan hutan dan lingkungan hidup yang sangat serius," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007