Garut (ANTARA News) - Indonesia sedang mengembangkan teknologi "super high way communication" yang memungkinkan akses internet menjadi lebih cepat berjaringan luas dan biaya lebih murah, kata penjabat kementerian Ristek Prof. Dr. Engkos Koswara di Garut, Jabar, Minggu.Dalam rangka pengembangan teknologi itu, kini Depkominfo sedang menggelar tender, kata Engkos yang menjabat Asdep Pendayagunaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi di Kementerian Ristek. Menurut dia, mahalnya akses internet selama ini disebabkan tingginya nilai investasi infrastruktur jaringan internet, seperti tower dan lain-lain. "Ke depan, penggunaan Wimax yang memungkinkan jaringan internet tanpa kabel dengan jangkauan sangat luas, membuat kebutuhan akan infrastruktur jaringan internet berkurang sehingga biaya akses internet masyarakat juga menurun," katanya.Wimax (Worldwide Interoperability for Microwave Access) merupakan teknologi nirkabel yang menyediakan hubungan jalur lebar dalam jarak jauh.Yang membedakan WiMAX dengan Wi-Fi adalah standar teknis yang bergabung di dalamnya. Jika WiFi menggabungkan standar IEEE 802.11 dengan ETSI (European Telecommunications Standards Intitute) HiperLAN sebagai standar teknis yang cocok untuk keperluan WLAN, sedangkan WiMAX merupakan penggabungan antara standar IEEE 802.16 dengan standar ETSI HiperMAN. Dengan teknologi nirkabel berjangkauan luas ini, menurut Engkos biaya investasi untuk pembangunan infrastruktur jaringan internet di Indonesia menjadi lebih murah, kendati dia tidak tahu persis berapa persen penurunannya. Ia juga mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan untuk ikut menyewa jaringan telekomunikasi bawah laut menggunakan viber optik yang menghubungkan Eropa dan Singapura. "Andai kita bisa ikut `connect` (terhubung) diharapkan akses internet semakin mudah," katanya. Sementara itu, Menristek Kusmayanto Kadiman yang mencanangkan pesantren digital berbasis open source mengimbau masyarakat tidak lagi menggunakan software bajakan. "Jika tidak mampu membeli hak kekayaan intelektual itu maka gunakan software yang tidak harus membayar, yang tidak terikat pada kepemilikan, yakni aplikasi-aplikasi Open Source," ujarnya. Soal open source ini, ujarnya, pemerintah telah membuatkan softwarenya bernama IGOS (Indonesia Go Open Source) Nusantara 2006 yang gratis dan bisa diakses siapa saja.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007