Pandangan saya kalau melihat kondisi ekonomi 2015 tidak sama dengan tahun 1998, kondisi saat ini lebih disebabkan melambatnya ekonomi."
Jakarta (ANTARA News) - Praktisi optimistis ekonomi melambat bukan halangan untuk menciptakan peluang bisnis terutama sektor manufaktur berbasis ekspor, namun untuk mencapai hal tersebut butuh dukungan pendanaan.
"Pengalaman krisis ekonomi 1998 justru beberapa pengusaha menikmati keuntungan. Dimana ada krisis di situ ada kesempatan," kata Presiden Direktur PT Makmur Meta Graha Dinamika, Hardi Sasmita di Jakarta, Senin.
Hardi dalam diskusi yang diselenggarakan Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) mengatakan sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri metalurgi sebenarnya diuntungkan sepanjang nilai tukar rupiah stabil.
"Melemahnya nilai tukar justru menjadi peluang bagi sektor manufaktur sepanjang jangan terlalu berlebihan. Hal ini karena sebagian bahan baku berasal dari produk impor kalau melemahnya rupiah terus berkelanjutan tentunya akan menyusahkan," kata dia.
Sedangkan Komisaris PT Duta Putra Utama Makmur Witjaksono mengatakan pengalaman krisis 1998 justru dapat pulih karena didorong sektor usaha kecil dan menengah.
Witjaksono yang memiliki usaha di bidang perikanan mengatakan, ditengah ekonomi melemah seperti sekarang ini pemerintah seharusnya justru memperkuat sektor usaha kecil menengah untuk menciptakan peluang pekerjaan.
"Pandangan saya kalau melihat kondisi ekonomi 2015 tidak sama dengan tahun 1998, kondisi saat ini lebih disebabkan melambatnya ekonomi," ujar dia.
Menurut dia, sektor usaha yang memiliki peluang saat ini apabila bergerak di bidang manufaktur, sedangkan untuk sektor di bidang komoditas kelihatannya akan sulit berkembang.
Ekonom Senior SCBI, Eric Sugandi mengatakan, Bank Indonesia memang memiliki peran untuk menstabilkan nilai tukar rupiah melalui BI Rate.
Namun untuk menetapkan BI Rate ini juga tidak bisa terlalu tinggi karena pada akhirnya akan menyulitkan sektor usaha dalam mencari sumber pendanaan.
Menurut dia, masih banyak pengusaha di Indonesia yang belum terakses perbankan sehingga menjadi tantangan bagi perbankan untuk melakukan sosialisasi dan pendekatan terutama untuk sektor usaha kecil menengah.
Sedangkan Witjaksono berpendapatan, belum banyaknya pengusaha terakses layanan perbankan karena belum ada yang bersedia memberikan jaminan (garansi) khususnya mereka yang tengah memulai usahanya.
Head of Commercial Client SCBI Irvan Noor mengatakan, pihaknya memiliki komitmen untuk memberikan layanan perbankan bagi perusahaan menengah yang ingin melakukan ekspansi.
"Kami memiliki jaringan dan infrastruktur yang luas juga pelayanan yang komprehensif serta akses ke negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi," ujar Irvan.
SCBI memiliki layanan modal kerja, pengelolaan likuiditas, layanan transaksi dengan bank internasional, pinjaman investasi, solusi lindung nilai, serta pengelolaan obligasi dan reksadana, serta layanan perbankan lainnya.
Pewarta: Ganet Dirgantoro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015