"Hari Keluarga Nasional yang bertepatan dengan Ramadhan ini seharusnya menyadarkan kita betapa pentingnya nilai keluarga," kata Jazuli dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Menurut dia, sebagai unit terkecil, keluarga adalah lembaga utama dan pertama bagi pendidikan sumber daya manusia (SDM). Bahkan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang akar sejarahnya menjunjung tinggi nilai-nilai keluarga.
Selain itu, pondasi pertumbuhan dan perkembangan bangsa haruslah berawal dari keluarga-keluarga yang berkualitas.
"Itu karena keluarga ibarat batu bata bagi pembangunan bangsa," ujar dia.
Ia berpendapat saat ini Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah dalam membangun ketahanan keluarga. Ia mencontohkan salah satunya rata-rata dalam satu jam terjadi 40 perceraian di Indonesia.
Selain itu, ujar dia, masih banyak kekerasan, kenakalan remaja, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, radikalisme dan pudarnya semangat nasionalisme.
"Itu semua merupakan wajah buruk tentang rapuhnya kondisi keluarga indonesia," tutur Jazuli.
Rapuhnya kondisi keluarga, menurut dia, juga terlihat dengan adanya kasus pembunuhan gadis delapan tahun di Bali.
Dengan adanya niat keluarga berbenah, ia berharap ke depan tidak ada lagi keluarga dan anggota keluarga yang mengalami nasib serupa dengan kasus di Bali tersebut.
Untuk memperbaiki kualitas keluarga, ia mengatakan pihaknya mengajukan RUU ketahanan keluarga.
"Hal inilah diantara alasan mengapa Fraksi PKS berinisiatif mengajukan RUU ketahanan keluarga untuk memperjuangkan keluarga Indonesia yang kuat dan bahagia," ujar Jazuli.
Ia juga berharap permasalahan keluarga menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan ketahanan keluarga.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015