Athena (ANTARA News) - Yunani bergerak untuk mengatasi ketegangan yang terus meningkat akibat sistem ekonominya yang lumpuh pada Minggu (28/6) dengan mengumumkan penutupan sementara bank-banknya dan menerapkan pengontrolan modal.

Setelah pembicaraan mengenai dana talangan antara pemerintah Yunani dan para pemberi pinjaman asing berakhir tanpa kesepakatan pada akhir pekan, bank sentral Eropa membekukan dukungan pendanaan vital bagi bank-bank Yunani sehingga Athena tidak punya banyak pilihan kecuali menghentikan sistem untuk menghindarkan bank dari kejatuhan.

Bank-bank di negeri itu akan ditutup semua sampai 6 Juli, dan akan ada pembatasan penarikan tunai harian 60 euro per kartu bank dari mesin-mesin anjungan tunai mandiri, yang akan dibuka lagi pada Selasa.

"Semakin tenang kita mengatasi kesulitan, semakin cepat kita bisa mengatasinya dan semakin ringan konsekuensinya," kata Perdana Menteri Alexis Tsipras, yang tampak muram saat menyampaikan pernyataan yang disiarkan stasiun-stasiun televisi.

Seperti dilansir kantor berita Reuters, dia berjanji simpanan di bank-bank akan aman dan gaji-gaji akan dibayar dan meminta masyarakat tetap tenang.

Saat Tsipras berbicara, antrean terjadi di stasiun-stasiun pengisian bahan bakar dan mesin-mesin anjungan tunai mandiri yang jumlahnya makin sedikit di Yunani, yang sudah enam tahun lebih menghadapi kemerosotan ekonomi.

Kegagalan mencapai kesepakatan dengan para pemberi pinjaman akan membuat Yunani tidak bisa membayar utang 1,6 miliar euro dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang akan jatuh tempo pada Selasa (30/6). Athena harus membayar kembali miliaran euro ke bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) dalam beberapa bulan.

Setelah perdebatan berbulan-bulan, mitra Yunani di Eropa yang jengkel menyalahkan Tsipras atas krisis di negaranya.

Perdana Menteri berusia 40 tahun itu membuat mereka terkejut saat menolak permintaan pemberi pinjaman pada Sabtu pagi dan mengusulkan penyelenggaraan referendum mengenai dana talangan.

Para pemberi pinjaman ingin Yunani memangkas dana pensiun dan menaikkan pajak dengan cara yang sejak lama dianggap Tsipras akan memperdalam krisis ekonomi terburuk di negara yang seperempat angkatan kerjanya sudah menganggur itu.

Setelah mengumumkan referendum, Tsipras meminta perpanjangan talangan yang sudah diberikan kepada Yunani sampai setelah pemungutan suara untuk referendum pada 5 Juli.

Para pejabat zona Euro menolaknya, dan dalam pidato yang disiarkan di televisi Tsipras meratapi penolakan itu dengan menyebutnya sebagai "tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Pada posisi yang makin sulit, para pejabat di Eropa dan Amerika Serikat menyerukan penyelenggaraan pertemuan untuk mengatasi situasi masalah itu.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama menghubungi Kanselir Jerman Angela Merkel, dan para pejabat senior Amerika Serikat mendesak Eropa dan IMF membuat rencana untuk mempertahankan pengguna mata uang tunggal bersama dan menjaga Yunani tetap berada di zona euro. Jerman dan Prancis juga mengumumkan pertemuan politik darurat.


Euro turun

Nilai tukar euro turun tajam terhadap dolar AS saat para investor khawatir Yunani gagal membayar utang dan keluar dari zona euro. Kurs euro turun hampir dua sen dolar AS ke tingkat rendah dalam sebulan di perdagangan dini hari Asia Pasifik.

"Itu akan berdampak sangat besar ke pasar dan akan membangkitkan peningkatan volatilitas," kata Ian Stannard, kepala Eropa dari FX Strategy di Morgan Stanley di London.

Libur bank yang diumumkan Tsipras diperkirakan berlangsung sampai setidaknya Senin (6/7), sehari setelah referendum yang direncanakan.

Bursa saham Athena akan ditutup sementara pemerintah berusaha mengatasi kegagalan finansialnya.

Tsipras menghadapi tekanan politik dengan jajak pendapat menunjukkan mayoritas warga Yunani bisa berbalik menolak seruannya dan memutuskan mendukung paket para pemberi pinjaman dalam referendum Minggu depan.

Bekas perdana menteri konservatif Antonis Samaras, yang pada Minggu bertemu Presiden Prokopis Pavlopoulos, mengatakan Tsipras harus membatalkan rencana referendum dan kembali ke perundingan.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015