Lebak (ANTARA News) - Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Lebak, Banten, menyerap tenaga kerja lokal sekitar 45.000 orang.
Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Restu, Minggu mengatakan, selama ini pertumbuhan UMKM Lebak antara 4-5 persen per tahun dan mereka bergerak di bidang kerajinan tangan, alat rumah tangga, meubeler, gula aren, batu kalimaya, bilik, batu fosil, dan anyam-anyaman.
Mereka para UMKM itu berkembang karena didukung bahan baku yang mudah diperoleh di wilayah itu.
Sebab Kabupaten Lebak memiliki perkebunan yang luas, seperti bambu, melinjo, gula aren, pandan, dan singkong.
"Saya kira dengan mudahnya bahan baku itu maka berkembang UMKM dan bisa menyerap lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat," ujarnya.
Ia menyebutkan, saat ini jumlah tenaga kerja pada sektor kerajinan di 28 kecamatan tercatat 45.000 orang dan pendapatan mereka rata-rata Rp40 ribu per hari.
Dari 45.000 orang tersebut, kata dia, mereka bekerja tersebar di 14.300 unit UMKM.
Mereka memproduksi perabotan rumah tangga, dinding bilik, meubeler, dan cindera mata.
Selain itu juga bahan anyaman pandan membuat tikar dongdot atau tikar setengah jadi untuk dipasok ke Tasikmalaya, Jawa Barat.
"Perajin setiap tahun bisa memasok tikar setengah jadi ke Tasikmalaya sebanyak 10.000 kodi," katanya.
Ia juga mengatakan, selama ini UMKM terus meningkat setiap tahunnya dan kini mencapai 49.686 unit dari sebelumnya 49.400 unit usaha.
Pemerintah daerah mengoptimalkan pembinaan guna mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat juga penyerapan lapangan pekerjaan tenaga lokal.
Pembinaan itu antara lain diversifikasi produk, pelatihan manajemen, keuangan, dan kewirausahaan.
Dengan demikian, pelaku UMKM Kabupaten Lebak meningkat dan berkembang melalui bidang usaha industri rumahan (home industry), seperti kerajinan tangan, logam, aneka jenis makanan, hasil produksi pertanian, dan perkebunan, serta pertambangan. Bahkan, produksi UMKM gula cetak dan gula semut menembus pasar Eropa, Asia, dan Amerika Serikat.
Begitu pula produk emping dipasok ke sejumlah daerah di Tanah Air.
"Saya kira meningkatnya UMKM itu karena motivasi pelaku UMKM cukup tinggi untuk meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga," katanya.
Ia menyebutkan pembinaan terhadap pelaku UMKM agar dapat melahirkan klaster-klaster usaha yang pada akhirnya bisa mengatasi kemiskinan.
Selama ini, kemiskinan dan pengangguran di Lebak relatif tinggi karena tidak memiliki pendapatan tetap.
"Kami terus melaksanakan pembinaan untuk membentuk karakter jiwa kewirausahaan di masyarakat," katanya.
Sementara itu, Upah, seorang pelaku UMKM kerajinan krupuk kulit di Kecamatan Rangkasbitung mengaku dirinya memiliki tenaga kerja sebanyak 30 orang dengan pendapatan rata-rata Rp40 ribu per hari.
Mereka para pekerja itu terdiri dari pembuatan produksi, penggorengan dan pengepakan.
"Kami memproduksi kerupuk kulit sudah puluhan tahun dan bisa membantu kesejahteraan masyarakat setempat," katanya.
Pewarta: Mansyur
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015