Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Jumat pagi, turun sembilan poin menjadi Rp13.335 per dolar AS dibandingkan posisi terakhir kemarin.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan belum adanya titik temu dalam penyelesaian utang Yunani masih membebani mata uang di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Ia mengatakan tambahan persyaratan yang diajukan oleh Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, dan Dana Moneter Internasional dalam proposal permintaan utang Yunani membuat kesepakatan tertunda membuat pasar global semakin khawatir menjelang waktu jatuh tempo akhir bulan ini.
"Dengan kondisi yang belum ada kepastian itu maka permintaan dolar AS oleh pemodal akan terus meningkat di kawasan Asia," katanya.
Selain itu, ia mengatakan, pelaku pasar keuangan di dalam negeri juga cemas dengan potensi inflasi Juni yang tinggi sehingga menekan harga surat utang negara serta rupiah.
"Adanya potensi inflasi maka akan mempengaruhi daya beli masyarakat, kondisi itu dapat menahan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, mengatakan bahwa awal bulan Juli Badan Pusat Statistik akan merilis data inflasi Juni. Pasar memproyeksikan Juni akan kembali mencatatkan inflasi.
"Secara historis, bulan puasa dan Lebaran memang cenderung menyumbang inflasi yang cukup tinggi," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015