Melon Tacapa memiliki ukuran besar dengan berat rata-rata antara 1,7 kilogram sampai 3,2 kilogram, dan tahan terhadap jamur tepung penyebab `powdery mildew`,"

Yogyakarta (ANTARA News) - Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengembangkan buah melon Tacapa yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan melon varietas lain, dan potensial dibudidayakan pada lahan kritis karst dalam upaya konservasi lahan.

"Melon Tacapa memiliki ukuran besar dengan berat rata-rata antara 1,7 kilogram sampai 3,2 kilogram, dan tahan terhadap jamur tepung penyebab powdery mildew," kata peneliti melon UGM Budi Setiadi Daryono di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, melon yang memiliki warna kulit hijau gelap untuk Tacapa "Green Black", dan putih keperakan untuk Tacapa "Silver" serta warna daging buah kuning kehijauan itu, dapat dibudidayakan menggunakan media tanam abu vulkanik.

"Ketahanan melon Tacapa terhadap jamur tepung dapat meminimalkan penggunaan pestisida selama proses penanaman, sehingga memperkecil kemungkinan adanya residu pestisida dalam buah melon," katanya.

Ia mengatakan biasanya untuk mendapatkan hasil panen yang bagus banyak petani melon menggunakan pestisida untuk mencegah kerusakan atau pembusukan pada tanaman. Penggunaan pestisida pada komoditas pertanian yang berlebihan menimbulkan potensi bahaya bagi kesehatan petani dan konsumen.

"Akibat mengkonsumsi produk hortikultura yang mengandung residu pestisida, konsumen dapat terkena gangguan kesehatan seperti kanker, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak, gangguan sistem saraf dan melemahkan sistem kekebalan tubuh," katanya.

Menurut dia, melon hasil penelitiannya itu minim residu pestisida dan bebas ethrel. Melon Tacapa tidak membutuhkan intensitas penyemprotan fungisida yang tinggi karena sudah memiliki gen ketahanan terhadap jamur tepung.

"Melon Tacapa juga memiliki daya simpan yang cukup lama yakni 15 sampai dengan 30 hari," kata dosen Fakultas Biologi UGM itu.

Ia mengatakan proses pemasakan yang alami dan warna daging buah melon Tacapa yang menarik membuat melon itu tidak memerlukan ethrel untuk mempercepat proses pemasakan sebagaimana yang umum terjadi pada melon varietas lain.

"Penggunaan ethrel pada melon dapat mengurangi lamanya daya simpan dan dapat mengecewakan pembeli karena terkecoh oleh warna yang menarik tetapi buah melonnya kurang umur (kurang masak) sehingga rasanya tidak manis," katanya.

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015