Tetapi masihkah Indonesia dijuluki negeri yang ramah tamah? Tentu saja semua orang Indonesia yang mayoritas Muslim tidak mengharapkan julukan itu hanya tinggal kenangan.
Tetapi memang sangat disayangkan jika saat ini sifat individualistis orang Indonesia begitu terasa, senyuman jarang sekali terlihat. Justru umpatan, kata-kata kotor, dan kemarahan sering kali diumbar di mana-mana.
Bahkan, gesekan perbedaan sikap politik antarsesama Muslim kini juga seringkali memancing emosi yang berujung pada tindakan anarkis, kerusuhan, dan pertikaian.
Padahal sesungguhnya Islam mengatur bagaimana adab terhadap sesama Muslim, antara lain QS Ali Imran ayat 103-105 yang menyebut bahwa sesama Muslim bersaudara, saling menyayangi serta dilarang bercerai-berai dan berselisih.
Bahkan, mereka diperintahkan untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar (menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran).
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda, “Seorang Muslim dengan Muslim yang lain adalah bersaudara. Ia tidak boleh berbuat zhalim dan aniaya kepada saudaranya yang Muslim. Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barang siapa membebaskan seorang Muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barang siapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak”.
Tidak hanya itu, Rasulullah SAW pun memberikan banyak sekali suritauladan yang patut dicontoh, sebagaimana penjelasan Al Husain bin Ali bin Abi Thalib RA ketika ditanya tentang perilaku Rasulullah.
Ia pun mengatakan, “Nabi Muhammad SAW itu pendiam sampai ia merasa perlu untuk bicara. Ia sangat ramah kepada setiap orang. Beliau tidak pernah mengucilkan seorang pun dalam pergaulannya. Beliau menghormati orang yang terhormat pada setiap kaum dan memerintahkan mereka untuk menjaganya kaumnya.
Beliau selalu bersikap hati-hati dengan berperilaku sopan atau menunjukkkan wajah yang ramah kepada mereka. Beliau suka menanyakan keadaan sahabat-sahabatnya dan keadaan orang-orang di sekitar mereka, misalnya keluarganya atau tetangganya”.
“Orang-orang yang paling dekat dengannya adalah orang-orang yang paling baik. Orang yang paling baik, dalam pandangannya, adalah orang-orang yang paling tulus menyayangi kaum Muslimin seluruhnya. Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisinya adalah orang yang paling banyak memperhatikan dan membantu orang lain”.
Demikianlah akhlak Rasulullah SAW yang patut dicontoh tentang bagaimana bersikap ramah, sopan santun, dan tolong-menolong kepada sesama manusia
Arief Mujayatno
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015