Auckland (ANTARA News) - Unggulan pertama Jelena Jankovic harus mengeluarkan segenap kemampuannya untuk menjinakkan petenis Rusia Vera Zvonareva dan merebut gelar juara Auckland Classic, Sabtu.Keberuntungan bergantian menghampiri kedua petenis putri itu dalam pertarungan final kejuaraan berhadiah 145.000 dollar AS yang berlangsung hampir tiga jam, yang akhirnya dimenangi peringkat ke-12 dunia dari Serbia itu 7-6(11/9) 5-7 6-3.Zvonareva yang berusia 22 tahun hampir saja membuat Jankovic kecewa, tetapi akhirnya ia harus puas hanya menempati peringkat kedua pada event WTA itu.Jankovic memang memprediksikan pertandingan melawan peringkat 24 dunia itu akan berlangsung ketat. "Kami memukul bola sekeras mungkin selama tiga jam," katanya, seperti dilansir AFP. "Ini perasaan yang sama seperti mengatakan `saya datang, saya melihat, saya menang`," tambah Jankovic yang mengeluhkan jet-lag pada awal turnamen, karena baru tiba di Auckland sehari sebelum pertandingan pertamanya.Dalam pertandingan dimana terjadi 15 kali pematahan servis itu --delapan terjadi pada set kedua--, mereka membutuhkan tie-break untuk menyelesaikan set pertama. Zvonareva menggunakan pukulan lob yang cerdas untuk memimpin namun Jankovic maju melawan untuk merebut tie-break tersebut. Zvonareva bangkit pada set kedua saat kedua pemain tampak kesulitan mempertahankan servis akibat angin yang mendera lapangan. Kondisi sulit untuk membuat banyak terjadi pukulan hebat yang bercampur dengan banyaknya kesalahan dan patahnya servis Jankovic pada kedudukan 5-5 terbukti menjadi penentu set kedua. Namun pada set penentuan Jankovic mempercepat irama permainan untuk langsung memimpin 4-1. Petenis Rusia berusaha melawan tetapi akhirnya menyerah ketika Jankovic, semifinalis AS Terbuka tahun lalu, memegang servis terakhir. Zvonareva menyatakan agresi lawannya pada awal set ketiga sebagai kunci kekalahannya dan menegaskan Jankovic memang layak untuk menang. Ia tidak mau dikatakan kecewa meski untuk dua tahun berturut-turut hanya menjadi runner-up turnamen itu. "Bisa kembali kesini dan masuk final lagi sudah terasa hebat," kata dia. "Tidak banyak pemain yang bisa masuk final turnamen yang sama dua tahun berturut-turut," tambah Zvonareva. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007