Washington DC (ANTARA News) - KBRI di Washington DC, Amerika Serikat (AS), mengharapkan kehadiran sekira 1.000 orang, termasuk mantan Presiden AS, Bill Clinton, pada 17 Februari 2007 dalam acara memperingati tsunami di Aceh-Nias yang terjadi 26 Desember 2004. Selain itu, dua senator AS yang berpotensi menjadi presiden negerinya dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden AS 2008, Ny. Hillary Clinton dan Barack Obama, juga diharapkan hadir dalam acara tersebut. Wakil Duta Besar RI untuk AS, Andri Hadi, di Washington DC, mengemukakan bahwa acara tersebut akan diisi dengan pemutaran film tentang tragedi tsunami beserta kemajuan upaya membangun kembali Aceh-Nias, serta menampilkan pesan dari sejumlah tokoh dunia. Peringatan tragedi tsunami itu, menurut dia, dilakukan melalui kerja sama lembaga bantuan Asia Relief dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington, yang mengundang berbagai kalangan, antara lain perwakilan negara-negara asing di AS, pengusaha, dan tokoh-tokoh penting negeri tersebut. "Tapi, kami masih menunggu konfirmasi dari mereka," kata Andri, menanggapi undangan ke Bill Clinton dan istrinya, Ny. Hillary Clinton, serta Barack Obama. Bill Clinton adalah utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) untuk Pemulihan Pasca-Tsunami yang sempat mengunjungi Indonesia, terutama Aceh, untuk melihat perkembangan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi di sana. Clinton masa tugasnya itu berakhir pada Desember 2006. Malam peringatan tragedi tsunami di AS juga akan diwarnai dengan penyajian berbagai hidangan dan pertunjukan seni-budaya Indonesia maupun negara-negara lainnya yang terkena dampak tsunami, seperti Thailand, Srilangka dan India. Indonesia, antara lain akan menampilkan Tari Saman khas Aceh, dan permainan kolintang dari Sulawesi. Menurut Andri Hadi, malam peringatan dan malam budaya pada 17 Februari itu diadakan guna mempertahankan momentum perhatian terhadap tragedi bencana alam gempa bumi dan tsunami 2004, yang menewaskan sekira 150.000 orang di Aceh dan Nias, serta puluhan ribu lainnya di sejumlah negara, termasuk Thailand, Srilangka dan India. Upaya mempertahankan momentum itu, menurut dia, juga dilakukan KBRI dengan mengadakan diskusi berkaitan dengan dua tahun terjadinya tsunami di Gedung Pers Nasional AS (National Press Building) di Washington DC pada Kamis (4/1). Diskusi yang diselenggarakan bekerja sama dengan Klub Pers Nasional AS (National Press Club/NPC) dan Asia Relief itu menghadirkan dua pembicara, yaitu Wakil Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Pemulihan Pasca-Tsunami, Eric Schwartz, dan pejabat senior USAID (Badan Bantuan Pembangunan Internasional-Amerika Serikat) untuk Asia dan Timur Dekat, Mark Ward. Kedua pembicara membahas tentang upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-tsunami, dan berbagai hal yang masih harus dikerjakan. Acara tersebut dihadiri oleh puluhan orang dari kalangan wartawan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta perwakilan negara-negara yang terkena dampak tsunami. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007