Jakarta (ANTARA News) - Staf ahli Menteri Pertanian, Iskandar Andi Nuhung menilai laporan Bank Dunia yang menyebutkan jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 108,7 juta jiwa atau 40 persen dari total penduduk tidak sesuai dengan kenyataan. Menurut dia di Jakarta, Jumat, dasar perhitungan tingkat kemiskinan Bank Dunia dengan standar daya beli masyarakat kurang dari 2 dolar per hari yang berlaku universal untuk semua negara kurang proporsional diterapkan di Indonesia atau negara berkembang umumnya. Pada Oktober 2006 lalu Bank Dunia mengeluarkan hasil kajian yang menyebutkan bahwa sebanyak 49 persen dari total penduduk Indonesia atau 108,7 juta jiwa tergolong miskin dengan memperhitungan kemampuan daya beli mereka kurang dari 2 dolar AS per hari. "Nilai riil uang sebesar 2 dolar di negara maju dan di negara berkembang sangat berbeda dengan demikian nilai belinya juga berbeda," katanya. Dia mencontohkan, di Indonesia dengan uang Rp19.000 ribu bisa dibelikan beras sebanyak empat hingga lima kilogram namun dengan nilai yang sama uang tersebut hanya bisa dibelikan beras 0,7kg di Korea Selatan. Begitu juga penduduk Thailand bisa mendapatkan lima buah produk dengan kualitas dan jenis yang sama hanya dengan harga 850 bath namun untuk mendapatkan barang dengan jumlah dan kualitas yang sama di AS harganya bisa mencapai 105,75 dolar AS setara 2.664,9 bath atau 200 persen dari di Thailand. Selain itu, menurut Ketua Umum Masyarakat Agribisnis Indonesia (MAI) tersebut, Bank Dunia tidak memperhatikan budaya yang berkembang di Indonesia yang penuh kekeluargaan dan gotong royong dalam menghitung tingkat kemiskinan. Kultur di Indonesia yang penuh kekeluargaan dan gotong royong memunculkan "income shadow" atau "pendapatan bayangan" bagi sebagian masyarakat. Andi menuturkan, banyak masyarakat di Indonesia memperoleh pendapatan dari sanak famili yang merantau di luar daerah dengan mengirimkan uang kepada keluarganya. "Bisa saja suatu keluarga sepertinya tidak memiliki pekerjaan sehari-hari namun anak atau saudaranya secara reguler mengirimkan uang. Hal inilah yang tidak tercatat secara formal," katanya. Oleh karena itu, tambahnya, data kemiskinan yang dikeluarkan Bank Dunia tersebut bisa jadi lebih tinggi dari keadaan sesungguhnya. Menurut dia, data kemiskinan yang dikeluarkan Badan Pusat statistik (BPS) dengan standar yang diyakini cocok untuk Indonesia ternyata hanya menyebutkan angka kemiskinan sebanyak 17 persen. Angka tersebut sangat jauh di bawah tingkat kemiskinan di Indonesia yang dikeluarkan Bank Dunia yang mencapai 49 persen.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007