Singaraja, Bali (ANTARA News) - Desa Julah di Kabupaten Buleleng, Bali Utara berkembang menjadi salah satu desa wisata budaya unggulan di daerah itu karena memiliki warisan bangunan dan tradisi kuno zaman dulu.

"Kami menjaga warisan leluhur berupa bangunan dan adat istiadat yang tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang," kata Nengah Maliasa, salah seorang tokoh adat desa setempat, Senin.

Ia mengatakan, beberapa warisan kebudayaan yang tetap terjaga sampai saat ini seperti pura desa yang berumur ribuan tahun, rumah orang Julah yang masih menerapkan konsep bangunan orang Bali asli (Bali Aga) dan beberapa peninggalan prasasti yang masih terjaga hingga kini.

Ia menceritakan, keberadaan Pura Desa Julah tidak pernah berubah sejak dulu pertama kali dibangun oleh nenek moyang desa itu, bangunannya kokoh berdiri hingga sekarang karena dibangun dengan batu-batuan khusus. Begitu pula dalam hal bangunan rumah, hampir sebagian besar penduduk asli Desa Julah tidak merombak bentuk bangunan rumah karena aturan adat yang tidak membiarkan hal itu terjadi.

Ia menambahkan, beberapa prasasti yang terdapat di Desa Julah sering dikunjungi oleh kalangan wisatawan, terutama yang tertarik dengan sejarah Bali zaman dulu.

Bukan hanya bangunan dan prasastinya, Julah juga terkenal dengan hasil kerajinan kain tenun khas Bali dengan konsep dan corak kain yang hanya ada di daerah itu.

"Wisatawan juga dapat berkunjung ke beberapa sentra pembuatan kain tenun yang dikelola masyarakat lokal di desa yang berjarak sekitar 30 kilometer dari kota Singaraja ini, untuk menyaksikan proses pembuatan salah satu hasil kerajinan yang terpelihara hingga sekarang," ujarnya.

Para wisatawan menyenangi desa yang terletak di wilayah kecamatan Tejakula ini karena dapat merasakan suasana Bali tempo dulu dari keberadaan beberapa bangunan tua yang bercirikan Bali seutuhnya.

Ia menambahkan, kebanyakan diantara wisatawan terpukau dengan keberadaan bangunan yang menyimpan begitu banyak sejarah mengenai keadaan Pulau Bali beratus-ratus tahun yang lalu itu.

"Para wisatawan utamanya yang berasal dari Belanda sangat senang diajak berkeliling mengitari kawasan desa, mereka sangat antusias ketika kami meceritakan tentang sejarah desa," kata dia.

(T.KR-LHS)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015