Jakarta (ANTARA News) - LIPI mengembangkan senyawa baru untuk menghambat aktivitas penyebaran virus Avian Influenza/AI (flu burung) yang berasal dari keanekaragaman hayati lokal. "Selama ini inhibitor (penghambat) protein AI menggunakan bahan kimia dari luar negeri, sekarang kita mau mencari penggantinya dari keanekaragaman hayati lokal kita sendiri," kata Peneliti Puslit Bioteknologi, Dr Ines Irene Atmosoekarto, yang dihubungi di Cibinong, Jumat. Meski sudah ada beberapa alternatif obat bagi ancaman virus H5N1 yang tersedia di pasaran, menurut dia, tidak bakal mampu memenuhi kebutuhan pasar jika digunakan skenario pandemik influenza. "Perusahaan yang memproduksi obat AI tak akan kuat menyuplai obat jika virus AI sudah menyerang selayaknya influenza biasa yang menyerang dari orang ke orang. Apalagi saat ini virus AI sudah menunjukkan gejala resistensi terhadap obat tersebut," ujarnya. Pencarian molekul acuan baru untuk menghambat virus AI itu membutuhkan sistem skrining/penyaringan yang efektif dan efisien, ujarnya, dan pendekatan molekul memungkinkan fokus pada molekul protein tertentu dengan menggunakan sistem skrining. Penelitian ini, lanjut dia, bertujuan mengembangkan prosedur skrining dengan fokus protein M2 (matriks protein 2) dari virus AI, dimana protein M2 adalah protein membran asal virus influenza yang aktivitasnya mutlak diperlukan untuk perbanyakan virus. "Pada virus influenza, ada unsur H dan N di mana antara membran luar dan dalam ada penghubung (M2) yang kalau disumbat akan menghambat perkembangan virus. Penghambat inilah yang akan kita cari senyawanya," katanya. Inhibitor protein M2, ujar Ines, diketahui merupakan target yang dapat diandalkan untuk menghambat virus influenza. Bahkan protein serupa pada virus lainnya misalnya Vpu (virus HIV) dan p7 (virus hepatitis C) merupakan target yang dapat dikembangkan dengan teknik yang sama. "Prinsip skrining, bila M2 dipaksakan masuk ke dalam bakteri, maka bakteri itu menjadi bersifat toksik. Sebaliknya jika dimasukkan inhibitor (penghambat -red) protein M2, maka pertumbuhan bakteri itu menjadi bagus," katanya. Metode skrining tervalidasi ini, kata Ines, dikembangkan untuk mengidentifikasi molekul acuan baru asal keanekargaman hayati Indonesia yang diharapkan dapat menghambat kerja protein asal virus tersebut. Dengan demikian akan didapat molekul yang memiliki aktivitas spesifik dengan bahan baku yang ada di dalam negeri dan dapat dikembangkan oleh industri farmasi lokal. Pihaknya kini sudah mempersiapkan sekitar 4.000 ekstrak mikroba untuk diuji sebagai senyawa penghambat protein virus AI. (*)
Copyright © ANTARA 2007