Baghdad (ANTARA News) - Irak menunda pelaksanaan hukuman gantung terhadap dua pembantu Saddam Hussein di tengah tekanan internasional menyusul penggantungan Saddam, yang sembrono dan dikritik banyak pihak. Barzan Ibrahim Tikriti, saudara tiri Saddam sekaligus mantan kepala intelijen, beserta Awad Ahmed al-bandar, kepala pengadilan revolusioner, sebelumnya dijadwalkan digantung hari Kamis. Seorang pejabat tinggi, yang minta namanya tidak disebut, dari kantor perdana menteri Nuri Maliki, mengatakan penundaan eksekusi itu "akibat tekanan internasional". Baha Araji, anggota parlemen -yang berpengaruh- dari kaum Syiah dan pendukung ulama keras Moqtada Sadr, mengemukakan, "Saya yakin itu sudah beres pada hari Minggu." Wakil Syiah lain, Sami Askari, mengemukakan bahwa eksekusi itu akan dilakukan setelah libur perayaan Idul Adha berakhir pada Sabtu. Dia tidak memberikan tanggal pelaksanaan eksekusi tersebut. "Eksekusi itu akan dilakukan setelah liburan," kata Askari, yang menjadi wakil Maliki saat menyaksikan eksekusi Saddam. Askari juga mengemukakan, beberapa anggota pemerintah berpandangan agar eksekusi dua mantan pejabat zaman Saddam tersebut dilakukan setelah pengadilan tinggi memberi putusan atas permohonan banding dari kejaksaan, yang menginginkan hukuman mati terhadap pembantu lain Saddam. Kejaksaan mengajukan banding agar Taha Yassin Ramadan, mantan presiden, juga dihukum gantung. Pengadilan tingkat pertama memutuskan dia dipenjara seumur hidup. Pada Rabu, jurubicara Perserikatan Bangsa-bangsa, Michele Pontas, mengemukakan bahwa Sekretaris Jenderal badan dunia itu, Ban Ki-moon, menentang hukuman mati. "Sekretaris Jenderal sangat yakin atas kearifan pasal 3 deklarasi universal hak asasi manusia, yang menyatakan semua orang berhak atas kehidupan, kebebasan serta jaminan keamanan," katanya. "Dia sangat menyetujui imbauan dari (Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa) Louise Arbour agar pemerintah Irak menahan diri atas pelaksanaan hukuman mati, yang sudah dikuatkan putusan pengadilan tinggi Irak," katanya. Eksekusi Saddam lima hari lalu membuat marah kaum Sunni dan memicu kritik pengamat, yang menganggap Saddam dipermalukan beberapa menit sebelum menjalani hukuman mati, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007