Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2007 sekitar 5,7 hingga 6,3 persen sementara itu Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan sekitar 6,0 persen. "Ke depan, Dewan Gubernur memandang bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 2007 akan mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dan disertai terjaganya stabilitas makroekonomi," kata Gubenur BI Burhanuddin Abdullah di Jakarta, Kamis. Burhanuddin mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2007 diprakirakan mencapai 5,7-6,3 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi 2006 yang diperkirakan mencapai 5,5 persen. Asumsi pertumbuhan ekonomi pada APBN 2007 adalah 6,3 persen. Burhanuddin mengatakan, Dewan Gubernur BI berpandangan bahwa konsistensi kebijakan makroekonomi dan penajaman kebijakan struktural serta kecepatan dalam implementasinya merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas. Oleh karena itu, komitmen, kerja keras, dan jalinan koordinasi dari segenap elemen bangsa menjadi penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas di tahun 2007. Sementara itu IMF menyebutkan perekonomian Indonesia pada 2007 diproyeksikan tumbuh dalam kisaran enam persen, mengingat pertumbuhan investasi baru akan terjadi setelah paruh pertama tahun ini. "Saya kira enam persen sesuai dengan proyeksi banyak pihak dan para analis. Tentunya ini masih dalam kisaran," kata Kepala Perwakilan IMF untuk Indonesia, Stephen Schwartz di Jakarta, Kamis. Dia menambahkan, target pertumbuhan ekonomi pemerintah 6,3 persen sebagai target yang ambisius. "Tetapi itu bisa dicapai seandainya pemerintah bisa melaksanakan agenda perbaikan iklim investasi dan program infrastruktur dengan baik," katanya. Dia menambahkan, secara umum investasi dan ekspor pada 2007 diperkirakan akan meningkat sedikit. Namun pertumbuhan ekspor yang akhir-akhir ini tumbuh cukup kuat akan mengalami penurunan pada sepanjang 2007. "Nilai ekspor secara tahun per tahun lebih dari 29 persen pada Desember, tetapi pertumbuhan volume ekspor diperkirakan hanya mencapai 10 persen," katanya. Perlambatan pertumbuhan tersebut, katanya, juga disebabkan perlambatan ekonomi global. Sementara itu untuk pertumbuhan ekonomi 2006, Stephen memperkirakan dalam kisaran 5,5 persen. "Kami melihat banyak hal yang meningkat seperti konsumsi. Sedangkan investasi masih lemah indikatornya," katanya. Ditanya tentang pengaruh faktor eksternal yang akan memperlambat pertumbuhan, Stephen menjelaskan, pemerintah harus memperhitungkan risiko ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan sinyal perlambatan pertumbuhan akibat sektor sektor perumahan yang melambat. "Mungkin pertumbuhan di Amerika hanya sekitar 2,5 persen pada tahun ini, tetapi selalu ada risiko penurunannya lebih signifikan dan itu akan lebih berpengaruh pada ekonomi global," katanya. Selain itu, jelasnya, masih ada pengaruh harga minyak yang harus terus diawasi pemerintah sebagai pemicu perlambatan pertumbuhan ekonomi.(*)
Copyright © ANTARA 2007